5 Orang Tewas Saat Junta Myanmar Menindak Kritik di Online

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 April 2021 15:55
Anti-coup protesters use garbage to block a road as a form of
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Myanmar semakin memanas. Pasukan keamanan Myanmar menembaki pengunjuk rasa pro-demokrasi hingga menewaskan lima orang pada Sabtu (3/4/2021).

Myanmar Now melaporkan pasukan keamanan di pusat kota Monywa menembaki kerumunan yang menewaskan tiga orang. Sementara laporan portal berita online Bago Weekly Journal mengatakan seorang pria ditembak dan tewas di pusat kota Bago, dan satu di Thaton.

"Mereka mulai menembak tanpa henti dengan granat setrum dan peluru tajam," kata pengunjuk rasa di Monywa, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, dilansir dari Reuters.

"Orang-orang mundur dan dengan cepat memasang ... penghalang, tetapi peluru mengenai seseorang di depan saya di kepala. Dia mati di tempat."

Seorang pengunjuk rasa mengatakan serangan dari militer muncul saat junta memperkuat upayanya untuk mengakhiri perbedaan pendapat dengan surat perintah penangkapan untuk kritikus online dan pemblokiran internet.

Terlepas dari pembunuhan lebih dari 550 orang oleh pasukan keamanan sejak kudeta sejak 1 Februari, pengunjuk rasa keluar setiap hari. Mereka seringkali berada dalam kelompok-kelompok kecil di kota-kota kecil, untuk menyuarakan penentangan terhadap penerapan kembali kekuasaan militer.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan sebelumnya pasukan keamanan telah membunuh 550 orang, 46 di antaranya anak-anak, sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Junta militer sendiri telah melakukan kampanye untuk mengontrol informasi. Mereka mematikan data seluler dan pada Jumat (2/4/2021) memerintahkan penyedia internet untuk memutus broadband nirkabel, merampas akses sebagian besar pelanggan, meskipun beberapa pesan dan gambar masih diposting dan dibagikan di media sosial.

Pihak berwenang mengeluarkan surat perintah untuk 18 selebritas, termasuk influencer media sosial dan dua jurnalis, di bawah undang-undang yang melarang materi yang akan memicu anggota angkatan bersenjata memberontak atau mengabaikan tugas mereka.

Jika menentang kekuasaan militer, mereka bisa membawa hukuman penjara tiga tahun. Namun aktris Paing Phyoe Thu berkata dia tidak akan takut akan hal itu.

"Apakah surat perintah telah dikeluarkan atau tidak, selama saya masih hidup, saya akan menentang kediktatoran militer yang menindas dan membunuh orang. Revolusi harus menang," katanya melalui Facebook.

Paing Phyoe Thu secara teratur menghadiri aksi unjuk rasa di kota utama Yangon beberapa minggu setelah kudeta. Tetapi kini keberadaannya tidak diketahui.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Negara Tetangga RI Ini Terancam Perang Saudara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular