
Vietnam Jadi Contoh Negara yang Bikin Corona Bertekuk Lutut!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan kasus Covid-19 tercatat di Kementerian Kesehatan Vietnam. Namun berbeda dari negara lainnya, angka kematian hanya sebanyak 35 orang dan ekonomi Vietnam tetap bertumbuh seolah tanpa rintangan gara-gara corona.
Secara geografis, Vietnam merupakan negara yang paling riskan terjangkiti virus yang muncul pertama kali di Wuhan China tersebut. Pasalnya, negara komunis tersebut memiliki perbatasan darat yang membentang sepanjang 1.297 kilometer (km) dengan Negeri Panda.
Hubungan dagang dan bisnis kedua negara pun sangat masif dengan nilai perdagangan yang melonjak mencapai US$ 100 miliar, atau pertama kali dalam sepanjang sejarah Negeri Paman Ho tersebut.
Investasi kedua negara juga semakin besar karena perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China pada tahun 2019 memicu relokasi besar-besaran perusahaan yang beroperasi di China ke Vietnam untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Di tengah pandemi, Vietnam mencuri perhatian karena masih mampu membukukan pertumbuhan ekonomi yang bahkan menjadi yang tertinggi di kawasan, yakni sebesar 2,9%, atau mengalahkan China yang tumbuh sebesar 2,3%.
![]() |
Dalam laporan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) berjudul "Vietnam: Successfully Navigating the Pandemic", Vietnam mendapatkan apresiasi atas kemampuannya mengendalikan pandemi dan ekonomi secara bersamaan.
Lembaga yang dibawahi Bank Dunia tersebut pun memprediksi ekonomi Vietnam bakal tumbuh sebesar 6,5% pada tahun ini. Pandangan tersebut didasarkan pada empat alasan penting, yang layak ditiru oleh negara lain.
Pertama, Vietnam dinilai berhasil menangani pandemi dengan pendekatan yang serius sehingga mampu mencegah krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Kebijakan yang diambil di awal-awal pandemi terbukti menyelamatkan negara tersebut.
Kedua, fundamental perekonomian Vietnam juga dinilai kuat setelah pemerintah melakukan kebijakan reformasi ekonomi dengan membuka dirinya kepada pasar internasional, lewat program bertajuk "Doi Moi" yang dijalankan sejak tahun 1986.
Ketiga, kebijakan makro ekonomi Vietnam juga dinilai sangat menopang penurunan yang terjadi di pasar tenaga kerja, melalui berbagai kebijakan seperti insentif pelatihan kerja untuk pengangguran, jaring pengaman sosial, dan subsidi pembukaan lapangan kerja.
Keempat, kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang diambil juga dinilai efektif untuk menjaga kestabilan sistem keuangan di Vietnam, sehingga mencegah risiko sistemik. Pemerintah memberikan dukungan bagi korporasi keuangan untuk mencegah gagal bayar korporasi.