
Sempat Kabur ke Thailand, 50 Pengungsi Myanmar Mulai Kembali

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekitar 50 pengungsi Myanmar, yang melarikan diri ke negara tetangga Thailand, secara sukarela kembali melintasi perbatasan pada Rabu (31/3/2021). Menurut pihak berwenang Thailand, mereka tetap pergi meskipun ada laporan serangan udara oleh junta militer masih berlanjut di negara bagian asal mereka.
Sebelumnya, militer Myanmar melancarkan serangan udara di negara bagian Karen timur selama empat hari berturut-turut. Serangan itu memaksa 7.000 orang mengungsi dari rumah mereka. Ini merupakan serangan pertama di daerah itu dalam lebih dari 20 tahun.
Serangan junta menargetkan wilayah yang dikuasai oleh Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu kelompok etnis bersenjata terbesar di Myanmar yang sebelumnya telah merebut pangkalan militer.
Kelompok itu juga secara terbuka mengkritik kudeta militer dan melindungi ratusan aktivis anti-kudeta di wilayah mereka. Ini dilakukan sejak pasukan keamanan mulai mengerahkan senjata mematikan untuk memadamkan protes nasional.
Selama akhir pekan, sekitar 3.000 orang etnis Karen melarikan diri dari pemboman ke provinsi Mae Hong Son di Thailand.
Pihak berwenang mengatakan sekelompok kecil yang lolos dari pertempuran diangkut kembali melintasi Sungai Salween, yang menandai perbatasan antara kedua negara.
"Sekelompok orang yang terdiri dari 56 orang yang melarikan diri dari pertempuran telah secara sukarela menyeberang kembali ke Myanmar dengan lima perahu berukuran sedang ... pada pukul 9:50 pagi," kata pemberitahuan yang dikeluarkan oleh otoritas provinsi, dilansir dari AFP.
Sebanyak 201 pengungsi lainnya yang juga menyetujui "pemulangan sukarela" tetap berada di pihak Thailand.
"Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita, orang tua, dan pasien yang akan kembali ke Myanmar," bunyi pemberitahuan itu, tanpa menyebutkan kapan mereka akan menyeberang.
Sejumlah besar pengungsi pertama, sekitar 2.300, telah kembali ke Myanmar awal pekan ini.
Seorang aktivis hak asasi manusia Karen mengatakan kepada AFP bahwa pihak berwenang Thailand telah mendorong mundur orang-orang dan menuduh mereka memblokir pejabat pengungsi PBB dari daerah tersebut.
Namun Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha, mantan jenderal yang berkuasa pada tahun 2014 dengan melakukan kudeta, membantahnya. Juru bicaranya menegaskan bahwa mereka "tidak akan mendorong mereka kembali bertentangan dengan keinginan mereka".
Seorang pejabat dari badan pengungsi PBB mengatakan mereka masih "belum diberi akses" ke kelompok itu.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Otoriter, Militer Myanmar Buru Pemrotes di Sosial Media