
Heboh 'Mudik Dilarang Kami Tetap Pulang', Ini Kata Sosiolog!

Jakarta, CNBC Indonesia - Larangan mudik dari pemerintah, sebagian direspons miring oleh sebagian masyarakat. Ada semacam perlawanan muncul di dunia maya dengan kampanye 'Mudik Dilarang Kami Tetap Pulang'.
Sosiolog Universitas Andalas Dr. Emeraldy Chatra menilai bahwa tradisi mudik sulit terbendung melalui larangan oleh pemerintah.
"Tradisi sejak puluhan tahun lalu lebaran dengan keluarga. Kita hidup nggak hanya hidup dengan aturan yang ada hari ini, namun berperilaku sesuai tradisi yang turun temurun. Dengan tradisi itu, orang nggak nyaman Lebaran di tempat lain atau tempat merantau, apalagi melihat tetangga pulang semua," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (31/3/21).
Besarnya dorongan masyarakat untuk mudik juga tidak lepas dari faktor persiapan yang matang. Tidak sedikit masyarakat yang mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari karena soal keinginan kuat itu makin sulit terbendung.
"Kadang-kadang mereka sudah menabung satu tahun untuk persiapan apa yang mau dibawa, sudah direncanakan keuangan, dari sisi jadwal sudah punya rencana, kemudian dihalangi pulang. Di situ adu kuat akan ikuti pemerintah atau rencana yang sebelumnya," sebut Dosen Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unand.
Sementara itu, Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Prof Musni Umar menilai bahwa Pemerintah harus berpikir keras menyusun strategi yang efektif. Jika tidak, belajar dari tahun lalu maka gelombang mudik sulit tertahan meski sudah ada larangan dan himbauan.
"Mudik sudah jadi budaya, nggak bisa serta merta dikalahkan berita-berita dari Pemerintah, jadi walau sudah ada larangan dari Pemerintah, tapi budaya yang sudah berakar di tengah masyarakat sangat sulit ditinggalkan, ini masalah luar biasa. Mereka tahu ada permasalahan Covid-19, kesulitan ekonomi tapi budaya mudik sudah berakar berpuluh-puluh tahun dan sulit dihilangkan," jelasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 'Mudik Dilarang Kami Tetap Pulang' Ternyata Ini Sebabnya