Airlangga Mau Bawa Ekonomi RI 'Lompat' 5%, Ini Jurusnya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2021 06:30
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Ist)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Ist)

Namun harapan bagi Indonesia tidak punah. Berbagai lembaga internasional memperkirakan ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB Indonesia tumbuh 4,8% pada 2021. Kemudian Bank Dunia punya proyeksi 4,4%, dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di 4,9%.

Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, punya pandangan yang lebih optimistis. Airlangga akan berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi 5%.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 diperkirakan mencapai 4,5-5,3%. Presiden minta dijaga di level 5%. Untuk 2022 targetnya 4,8-6%," tegas Airlangga belum lama ini.

Apa yang bisa mengantar ekonomi Indonesia tumbuh 5% tahun ini?

Pandemi virus corona adalah krisis kesehatan yang kemudian berimbas menjadi masalah sosial-ekonomi. Jadi kalau urusan pandemi belum kelar, maka sulit untuk membuat ekonomi bisa kembali 'berlari'.

Sejauh ini, angka penularan atau infeksi baru terus menurun sebagaimana diulas di atas, sementara vaksinasi terus melaju dan menjadi salah satu yang tercepat di Asia Tenggara. Semakin cepat kekebalan kolektif atau herd immunity terbentuk, maka semakin besar pula peluang ekonomi berjalan kembali normal.

Our World in Data mencatat, total vaksin yang telah disuntikkan ke lengan rakyat Ibu Pertiwi per 27 Maret 2021 adalah 10,43 juta dosis. Indonesia berada di peringkat ke-9 dunia dalam hal vaksinasi.

coronaSumber: Our World in Data

"Indonesia telah mengamankan lebih dari 420 juta dosis vaksin untuk 180 juta penduduk Indonesia," ungkap Airlangga, yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) beberapa waktu lalu. Sebagai informasi, 180 juta penduduk adalah target yang harus dicapai untuk mewujudkan herd immunity.

Airlangga memaparkan, pemerintah telah mengamankan vaksin Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis, Novavax 52 juta dosis, Covax/Gavi 54 juta dosis, AstraZeneca-Universitas Oxford 59 juta dosis, dan Pfizer 50 juta dosis. Ini baru untuk kebutuhan 2021, Airlangga menyatakan pemerintah sudah mengamankan vaksin Novavax 22 juta dosis, Covax/Gavi 24 juta dosis, AstraZeneca-Universitas Oxford 23,8 juta dosis, dan Pfizer 16,49 juta dosis untuk 2022.

Sementara untuk mengurangi risiko penularan virus corona, kebijakan yang dikedepankan adalah pembatasan sosial (social distancing). Seperti influenza, virus corona lebih mudah menular ketika terjadi kontak dan interaksi antar-manusia yang erat dan dekat. Oleh karena itu, kalau bisa jangan ada aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, apalagi di ruang tertutup.

Dunia pun berubah. Kegiatan belajar-mengajar tidak dilakukan di sekolah tetapi jarak jauh dengan bantuan teknologi informasi. Aktivitas di tempat kerja pun dikurangi, sebagian karyawan masih berkarya dari rumah (work from home). Kunjungan ke pusat perbelanjaan, restoran, rumah ibadah, hingga lokasi wisata dibatasi. Dan sebagainya, dan lain-lain.

Pembatasan sosial bertujuan untuk menyelamatkan nyawa. Namun 'harga' yang harus dibayar tidak murah, ekonomi menjadi 'mati suri'. Ini yang membuat Indonesia dan banyak negara lain terjerumus ke 'jurang' resesi.

Di tengah situasi demikian, pemerintah memberikan sejumlah insentif pajak untuk mendongkrak daya beli. Caranya adalah memberikan insentif Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk perumahan.

Artinya, masyarakat yang ingin membeli mobil dan rumah tidak perlu membayar pajak karena sudah 'ditalangi' pemerintah. Airlangga mengungkapkan insentif ini bisa mendongrak penjualan mobil hingga kembali mendekati 1 juta unit. Sebagai informasi, penjualan mobil sepanjang 2020 adalah 532.027 unit.

Dengan penjualan mobil yang kembali mendekati 1 juta unit, Airlangga menyatakan Indonesia bisa kompetititf ketika masuk ke pasar ekspor. Selain itu, pembiayaan oleh sektor keuangan juga meningkat sehingga menumbuhkan pertumbuhan kredit plus pertumbuhan ekonomi.

"Kita ingin agar utilisasi maupun penjualan kita kembali ke level mendekati 1 juta. Kalau mendekati 1 juta, maka industri ini juga dapat melakukan ekspor secara bersaing. Kemudian sektor ini yang dilakukan financing sekitar Rp 360-an triliun satu tahun. Jadi tentu ketika kapasitas atau penjualan sektor otomotif dan properti cukup baik dan mendorong daya beli masyarakat, secara langsung bisa menambahkan pertumbuhan 0,9-1% dengan multiplier effect-nya," papar Airlangga.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular