Junta Militer Myanmar Sedih Usai Tewaskan 164 Orang, Serius?

Jakarta, CNBC Indonesia - MiliterĀ Myanmar mengutarakan kesedihan atas orang-orang yang terbunuh dalam tindakan brutal terhadap protes anti-kudeta. Akan tetapi, militer berjanji untuk terus maju dengan memberantas apa yang disebut dengan "anarki".
Dikutip AFP, Juru Bicara Junta Brigjen Zaw Min Tun menyebutkan jumlah korban tewas 164 orang.
"Saya sedih karena pelaku kekerasan teroris yang meninggal ini adalah warga negara kita," katanya dalam konferensi pers di ibu kota pemerintahan di Naypyidaw, Selasa (23/3/2021) waktu setempat.
Jalan-jalan di kota-kota di seluruh negeri telah melihat pemandangan kacau selama berminggu-minggu. Semua lantaran pasukan keamanan bentrok dengan pengunjuk rasa yang menuntut pemulihan demokrasi dan pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Pihak berwenang telah menggunakan gas air mata, peluru karet dan peluru tajam untuk membubarkan protes. Seorang pakar HAM PBB memperingatkan mereka mungkin melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Zaw Min Tun membela tanggapan tersebut. Ia mengatakan pasukan keamanan berurusan dengan "pemberontak yang memegang senjata" dan lima polisi dan empat tentara telah tewas.
"Kita harus memberantas anarki. Negara mana di dunia yang menerima anarki?," kata dia.
Meskipun terjadi pertumpahan darah, pengunjuk rasa turun ke jalan lagi pada hari Selasa. Mereka menggelar demonstrasi di beberapa bagian ibu kota komersial di Yangon.
Selain membubarkan protes, militer berusaha membendung arus berita tentang tindakan keras tersebut. Junta melarang beberapa media lokal dan menangkap puluhan jurnalis.
[Gambas:Video CNBC]
Myanmar Kian Kacau, Warga Mulai Eksodus Tinggalkan Ibu Kota
(miq/miq)