Panic Buying di Supermarket-Pom Bensin Myanmar, Ada Apa?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
07 September 2021 20:52
An anti-coup protester flashes the three-finger salute during a demonstration at Yangon, Myanmar on Wednesday, April 21, 2021. Aid workers and activists are warning Myanmar's political upheavals risk causing a regional refugee crisis as the strife following a February coup displaces growing numbers of people who have lost their livelihoods. (AP Photo)
Foto: Suasana di Myanmar beberapa waktu lalu (AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Antrean panjang di supermarket dan pom bensin terjadi Myanmar pada hari ini. Fenomena itu terjadi tidak lama setelah pemerintah bayangan Myanmar mendeklarasikan 'perang defensive rakyat' yang melawan junta.

Pejabat Presiden Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Duwa Lashi La dalam sebuah siaran video menyatakan keadaan darurat hanya akan berakhir ketika pemerintah sipil kembali berkuasa.

Dia memperingatkan pegawai negeri agar tidak pergi ke kantor dan mendesak orang-orang untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu serta menyimpan obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari.

Selain itu dia meminta kelompok perlawanan bersenjata antijunta untuk melawan pasukan junta di masing-masing wilayah dan juga organisasi etnis bersenjata Myanmar.

"Saya percaya bahwa negara tetangga kami, negara ASEAN, PBB dan semua negara lain di seluruh dunia memahami bahwa kami melakukannya karena perlu," katanya mengutip Strait Times, Selasa (7/9/2021).



Pengumuman itu memicu panic buying di Yangon, ibu kota Myanmar. Banyak orang membeli beras, minyak goreng, makanan kering dan obat-obatan. Lalu antrean panjang juga terjadi di SPBU. Pengendara bergegas untuk menimbun bahan bakar.

Deklarasi NUG datang seminggu sebelum pertemuan Majelis Umum PBB di New York, di mana NUG, lawan dari junta, diakui sebagai perwakilan sah Myanmar.

NUG terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan oleh kudeta militer 1 Februari lalu, serta aktivis dan intelektual masyarakat sipil yang bersekutu.

Saat ini, ASEAN juga sedang mengatur bantuan kemanusiaan untuk Myanmar setelah menunjuk Menteri Luar Negeri Brunei Erywan Yusof sebagai utusan khusus untuk memfasilitasi dialog politik.

Dia ingin memastikan keselamatan pekerja kemanusiaan yang memberikan bantuan. Masih tidak jelas apakah deklarasi NUG pada hari ini akan memicu gelombang bentrokan bersenjata.

Namun, lebih dari 170 pasukan pertahanan rakyat semi otonom (PDF) lokal telah melancarkan serangan griliya terhadap pasukan dan petugas polisi selama beberapa bulan. PDF juga telah membunuh informan junta dan administrator lingkungan sipil yang bekerja di bawah junta.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Junta Myanmar Bebaskan 1.600 Tahanan, Termasuk Kasus Politik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular