Ekonomi RI Meroket 7% di Kuartal II-2021, Apa Mungkin?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 March 2021 14:32
Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). Usai libur Hari Raya Idulfitri 1441 H sejumlah pekerja sudah terlihat masuk. Pemerintah telah mengambil keputusan untuk menggeser cuti bersama Lebaran 2020 akibat wabah virus corona (Covid-19). Dengan begitu, jadwal libur hari raya hanya berlaku sampai H+1 Lebaran atau pada pada 25 Mei 2020, termasuk untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pantauan CNBC Indonesia  penerapan normal yang baru atau new normal terlihat diberlakukan di sarana transportasi umum guna menunjang aktivitas warga yang bekerja di tengah pandemi virus Corona baru (COVID-19). Untuk diketahui, panduan bekerja di situasi new normal tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 tumbuh 7%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami kontraksi 5,32%.

Lantas, apakah ramalan tersebut bisa terjadi?

Beberapa waktu lalu, Bahana Sekuritas mempublikasikan proyeksi terbarunya mengenai prospek pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini. Dalam analisa Bahana, pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan tumbuh 4,3% sepanjang tahun.

"Kami merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi full year kami dari 5% sebelumnya menjadi 4,3%," kata Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, dikutip dalam risetnya Selasa (23/3/2021).

Meskipun merevisi angka pertumbuhan yang lebih realistis, namun Bahana Sekuritas memperkirakan akselerasi ekonomi akan tumbuh bertahap. Khusus di kuartal kedua tahun ini, lembaga itu memproyeksikan ekonomi tumbuh di atas 7%.

"Kami memperkirakan ekonomi akan mencatat pertumbuhan -0,85% di Q1-2021 sebelum melaju ke 7,82% di Q2, 5,93% di Q3, dan 4,57% di Q4," katanya.

Perlu digarisbawahi, untuk mencapai angka yang diperkirakan, maka harus diiringi dengan pengendalian kasus Covid-19 dan pemerintah tidak melakukan lockdown total untuk kedua kalinya.

Selain itu, program vaksinasi juga berjalan sesuai target di mana 46% populasi sudah menerima vaksin pada akhir tahun. Terakhir, kegiatan ekonomi secara perlahan berangsur normal sepanjang tahun ini.

"Di tahun 2021, kami perkirakan belanja pemerintah yang sebagian besar berupa dana bansos terus mendukung konsumsi rumah tangga. Namun, mengingat pertumbuhan bangunan dan konstruksi yang lemah baru-baru ini, kami beralih lebih berhati-hati pada investasi," jelas Satria.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu sebelumnya mengatakan pemulihan ekonomi sebenarnya sudah terlihat sejak kuartal III - 2020. Ketika kontraksi ekonomi sudah mulai menipis menuju pertumbuhan yang positif.

Pada kuartal I - 2021, ekonomi diperkirakan -0,1% dan kuartal II bisa di atas 7%. Keseluruhan tahun dimungkinkan bisa mencapai 5%.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lepas Dari Resesi, Ekonomi RI Sudah Kembali Kayak 2019?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular