Ramalan & Skenario Ekonomi RI Tumbuh 5% di 2021, Percaya??

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 March 2021 13:48
Pekerja mengerjakan proyek rumah DP 0 rupiah Nuansa Cilangkap, Jakarta, Jumat, (12/3/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Pembangunan Proyek Infrastruktur (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi ancaman terbesar bagi Indonesia. Tidak hanya bisa membuat nyawa melayang, pandemi ini juga 'mematikan' perekonomian.

Sejatinya laju pandemi mulai melandai. Per 16 Maret 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan total pasien positif corona adalah 1.430.458 orang. Bertambah 5.414 orang (0,38%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Rata-rata tambahan pasien positif dalam 14 hari terakhir (3-16 Maret 2021) adalah 5.959 orang per hari. Jauh berkurang dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 8.076 orang per hari. Terlihat kurva kasus mulai melandai.

Jumlah pasien meninggal pun semakin berkurang. Per 16 Maret 2021, total pasien meninggal berjumlah 38.753 orang. Bertambah 180 orang (0,47%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Rata-rata tambahan pasien meninggal dalam 14 hari terakhir adalah 160 orang per hari. Jauh lebih sedikit ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 209 orang per hari.

Meski demikian, satu nyawa adalah harta yang bisa dinilai dengan angka. Satu korban jiwa sudah terlalu banyak.

Di tengah bayang-bayang ancaman terhadap nyawa, pemerintah masih terus mengkampanyekan hidup #dirumahaja. Lebih baik jangan keluar rumah kalau tidak ada urusan yang maha mendesak. Kebijakan ini tertuang dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Masyarakat, terutama kelompok menengah-atas yang bisa bekerja dari rumah (work from home/WfH) juga secara sadar membatasi kegiatan di luar rumah. Intinya, interaksi dan kontrak antar-manusia harus dibatasi untuk mengurangi risiko tertular virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.

Apakah itu karena PPKM atau kesadaran masyarakat sendiri, mobilitas manusia berkurang. Mengutip data Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, kunjungan masyarakat Indonesia ke berbagai lokasi turun, sementara aktivitas di rumah masih lebih tinggi ketimbang hari-hari biasa.

Tanpa mobilitas yang berarti, 'roda' ekonomi tidak bergerak sesuai kapasitasnya. Ibarat naik mobil Formula 1, tetapi hanya boleh melaju maksimal 60 km/jam.

Akibatnya, Indonesia terjebak di 'jurang' resesi ekonomi. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air tumbuh negatif dalam tiga kuartal terakhir 2020. Padahal kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun saja sudah masuk kategori resesi.

Jadi selama pandemi virus corona belum dienyahkan, maka ekonomi bakal sulit untuk dipacu. Kalau mau menumbuhkan ekonomi, pandemi harus dituntaskan dulu.

Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi Jadi Kunci

Memasuki 2021, harapan untuk bebas dari jerat pandemi itu ada. Vaksin anti-virus corona sudah tersedia dan mulai disuntikkan ke lengan rakyat Indonesia.

Mengutip catatan Our World in Data, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia per 14 Maret 2021 adalah 5,48 juta dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi adalah 208.257 dosis per hari.

Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus corona. Jika sebagian besar penduduk Indonesia sudah divaksin dan memiliki ketahanan, maka akan terbentuk kekebalan kolektif (herd immunity).

Ketika ini terjadi, rantai penularan bisa diputus dan kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada pandemi virus corona. Saat herd immunity tercapai, maka aktivitas dan mobilitas masyarakat bisa kembali seperti dulu lagi.

Oleh karena itu, pengendalian virus melalui vaksinasi menjadi kunci utama untuk menumbuhkan ekonomi. Dalam kajian terbarunya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan apabila pandemi sudah terkendali pada September 2021, maka pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 4,2%. Namun kalau pandemi bisa dikendalikan lebih cepat lagi, misalnya pada Juli 2021, maka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,8%.

Keterkendalian pandemi dicerminkan dengan tingkat reproduksi efektif atau Rt. Jika Rt masih di atas 1, maka artinya seorang pasien positif corona masih bisa menulari orang lain. Rantai penularan belum terputus.

Oleh karena itu, target yang harus dicapai adalah Rt ditekan ke bawah 1. Ini menandakan rantai penularan berhasil diputus.

growthUmber: Bappenas

Halaman Selanjutnya --> Proyeksi Bappenas Ketinggian?

Namun, apakah proyeksi Bappenas itu masuk akal? Atau terlalu percaya diri?

Kalau berdasarkan pandangan pelaku pasar, proyeksi Bappenas masih terlalu tinggi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka proyeksi 4,15% untuk pertumbuhan ekonomi 2021.

Mirae Asset, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi tahun ini di 3,85%. Turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 4,15%.

"Memasuki kuartal I-2021, kami memperkirakan kontraksi ekonomi Indonesia masih berlanjut. Di sisi suplai, ada perbaikan yang tercermin dari peningkatan angka Purchasing Managers' Index (PMI). Namun di sisi permintaan, ini yang mash lemah karena pandemi yang belum terkendali," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Sementara Helmi Arman, Ekonom Citi, juga memberikan proyeksi yang lebih pesimistis terhadap prospek perekonomian Indonesia. Citi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 3%, lebih kecil ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu 3,6%.

"Pemulihan konsumsi rumah tangga untuk sektor dengan dampak ikutan (multiplier effect) tinggi seperti pariwisata dan akomodasi sepertinya lebih lemah dari perkiraan. Investasi memang membaik pada kuartal IV-2020, tetapi masih di bawah level pra-pandemi.

"Proses normalisasi permintaan domestik berjalan lambat. Kami perkirakan pertumbuhan permintaan kredit ke teritori positif akan makan waktu sehingga kami melihat tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan sampai akhir tahun," jelas Helmi.

Helmi menambahkan, laju vaksinasi anti-virus corona saat ini masih perlu dipacu lebih kencang lagi untuk menciptakan herd immunity sehingga hidup bisa normal kembali. Pemerintah punya target untuk meraih herd immunity pada akhir kuartal I-2022, atau paling cepat akhir 2021. Untuk mencapai target itu, Helmi memperkirakan butuh vaksinasi 750.000-1,2 juta dosis per hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Mohon Maaf, Kayaknya Ekonomi Baru 'Lari' Semester II-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular