Internasional

China Was-was di Myanmar: Pabrik Dibakar, Pipa Minyak Diserbu

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 March 2021 12:37
Pedemo penolak kudeta militer di Myanmar masih terus lakukan aksi pada 3 Maret 2021. AP/
Foto: Pedemo penolak kudeta militer di Myanmar masih terus lakukan aksi pada 3 Maret 2021. AP/

Hal ini membuat China bereaksi. China menegaskan pembakaran pabrik sangatlah parah dan meminta pihak berwenang dengan tegas menyelidiki kejadian itu.

"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," tulis Beijing melalui Kedutaan Besar China di Facebook, dikutip Reuters, Senin (15/4/2021).

Selain itu, China juga memberi peringatan keamanan ke semua warganya, khususnya yang memiliki aktivitas bisnis, di negeri itu. China mengingatkan aksi warga Myanmar akan membuat ketidakstabilan ekonomi mengingat Beijing telah memberikan ratusan ribu pekerjaan ke warga Burma.

China berada dalam perspektif yang buruk dimata warga Myanmar. Warga kesal lantaran sikap Beijing yang seakan-akan memihak pada junta dan tidak memberikan kecaman serta sanksi sekeras negara-negara barat.

"Jika Anda ingin berbisnis di Myanmar secara stabil, hormati orang Myanmar," kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung, merujuk ke China.

"Hlaingthaya melawan, kami bangga padamu!" katanya lagi merujuk pembakaran pabrik China.

Tak hanya itu, kelompok demonstran lain bahkan meminta seluruh bisnis yang diadakan oleh pihak-pihak asal negeri tirai bambu untuk keluar dari negeri seribu pagoda itu.

"Bisnis China, Keluar! Keluar!" teriak selusin pengunjuk rasa di kota Mandalay.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer melancarkan kudeta dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Ini mengakhiri era demokrasi selama satu dekade terakhir dan memicu protes massa setiap hari.

Militer melakukan hal ini karena mereka merasa pemilu yang dimenangkan kubu Suu Kyi pada November lalu adalah pemilu yang penuh kecurangan. Maka itu, militer menyatakan keadaan darurat selama setahun kedepan dan mengambil alih kekuasaan dan berjanji akan mengadakan pemilu ulang.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular