Ramai-ramai Maskapai Penerbangan Murah Komplain ke Uni Eropa

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
11 March 2021 15:40
FILE PHOTO: A Ryanair Boeing 737-800 passenger jet takes off in Colomiers near Toulouse, France, October 19, 2017. REUTERS/Regis Duvignau/File Photo
Foto: REUTERS/Regis Duvignau

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan Ryanair, EasyJet, dan maskapai berbiaya murah (LCC) lainnya meminta kepada Uni Eropa (UE) agar kewajiban menggunakan bahan bakar berkelanjutan berlaku pada semua penerbangan. Tidak seperti saat ini yang hanya berlaku bagi penerbangan yang jarak pendek semata.

Seperti diketahu, saat ini sedang disusun aturan bagi maskapai penerbangan untuk menggunakan bagian dari sustainable aviation fuels (SAF) atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Tujuannya demi menekan emisi gas CO2. Draf target penurunan 5% pada Desember lalu ditangguhkan karena dinilai terlalu rendah.

Melansir Reuters, Kamis, (11/03/2021), maskapai yang melayani rute jarak pendek yang tidak bersaing dengan penerbangan jarak jauh meminta kuota SAF tidak hanya untuk penerbangan di dalam Eropa, tetapi juga perjalanan jarak jauh ke dan dari benua itu.

"Mengecualikan penerbangan jarak jauh dari mandat SAF akan berarti area sektor kami yang paling membutuhkan dekarbonisasi tidak akan tercakup sama sekali oleh undang-undang ini," bunyi surat ditujukan kepada Kepala Kebijakan Iklim dan Transportasi UE.

Mengutip dari grup manajemen lalu lintas udara Eurocontrol, disebutkan 6% penerbangan dari bandara Eropa yang melintasi lebih dari 4.000 km menyumbang setengah dari total emisi CO2 dari penerbangan yang meninggalkan Eropa.

Melihat data ini, CEO Ryanair Michael O'Leary menyebut tidak ada alasan yang mendasar mengecualikan penerbangan jarak jauh.



"Tidak ada logika dalam mengecualikan penerbangan jarak jauh dari kewajiban penggunaan SAF. Karena ini adalah satu-satunya cara yang mungkin mereka lakukan untuk menghilangkan karbon," tegasnya.

Penandatangan penolakan aturan ini di antaranya Easyjet, Ryanair, Wizz Air, Jet2 dan organisasi non-pemerintah Transport & Environment. Mereka menyebut SAF adalah satu-satunya pilihan jangka pendek dalam menekan emisi penerbangan jarak jauh.

Sementara untuk jarak pendek, SAF adalah solusi sementara. Ini harus dilakukan sebelum teknologi seperti pesawat berbahan bakar hidrogen tersedia pada tahun 2030-an. Airbus berencana untuk menggunakan pesawat bebas karbon pada tahun 2035.

Sementara itu, Direktur Eksekutif T&E William Todts mengatakan penerbangan jarak jauh saat ini belum ada ketentuan menerapkan regulasi pencemaran.

"Lolos dari regulasi pencemaran mereka meskipun menyebabkan sebagian besar emisi." ujar William.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terpukul Pandemi, Maskapai Inggris easyJet Tekor Rp23 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular