
Satu Lagi, Masalah yang Bisa Bikin RI & Eropa Cekcok Dagang

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan sedang menuntaskan permasalahan hambatan dagang di Uni Eropa soal aturan pajak produk Indonesia yang memiliki carbon footprint tinggi. Hal ini satu dari berbagai 'hambatan' pasar Indonesia di Uni Eropa.
Persoalan ini berpotensi menambah panjang perselisihan perdagangan Indonesia dan Uni Eropa, sebelumnya soal hambatan sawit dan larangan ekspor nikel.
"Kita ini sekarang berhadapan dengan yang disebut Cross Border Carbon Tax, yang dimajukan Uni Eropa, meski ini belum menjadi hukum di Eropa tapi movement ini sudah jalan. Ini dikenakan pada produk yang memiliki carbon footprint yang tinggi," jelas Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam konferensi pers, Kamis (5/8).
Carbon footprint atau jejak karbon adalah nilai emisi karbon dihasilkan dari organisasi, peristiwa, produk, dan aktivitas manusia yang menghasilkan karbon ke alam.
Pihak Kemendag saat ini memastikan aturan ini tidak akan mengganggu kinerja ekspor Indonesia ke depannya. Lutfi juga meyakini aturan ini bertentangan dengan kaidah aturan WTO.
"Jadi kalau kita merasa ini mengganggu, saya dengan Ketua Umum Kadin berbincang bersama dengan industri untuk kita tuntut di jalur hukum dan ini tantangan yang besar," jelasnya.
Selain itu Lutfi mengatakan Indonesia saat ini sedang berevolusi dalam industri dan perdagangan, menjual barang mentah setengah jadi, menjadi barang industri berteknologi tinggi. Pihaknya sedang menggalakkan ekspor ke negara non tradisional, yang selama ini terkonsentrasi di Eropa dan Amerika.
"Kemendag saat ini sedang men-shifting, pada kepentingan negara non tradisional saya menutup atase perdagangan di Denmark, dan dipindahkan ke Turki, saya juga sudah menutup International Trade Promotion Center (ITPC) di Milan akan dipindahkan ke Karachi, ini perubahan dimana kita mencari non tradisional market," jelasnya.
Hal ini dilakukan supaya Indonesia dapat mendorong ekspor dari barang jadi dan berteknologi tinggi.
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-201 mencapai 7,07%. Kontribusi ekspor yang tumbuh mencapai 31%, menjadi salah satu faktor Indonesia mencapai pertumbuhan yang tinggi ini. Selain dari meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Barang Impor Ini Bikin Resah, Terpaksa Dihambat Masuk RI!