
Terpukul Pandemi, Maskapai Inggris easyJet Tekor Rp23 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan Low Cost Carrier asal Inggris, easyjet melaporkan kerugian sebagai akibat dari dampak pandemiĀ Covid-19 yang menghancurkan industri penerbangan sipil Eropa.
Dilansir dari AFP, easyJet mengatakan pihaknya menderita kerugian sebelum pajak sebesar 1,27 miliar pound (Rp 23 triliun) dalam kurun waktu Januari hingga akhir September 2020. Ini merupakan kerugian pertama dalam 25 tahun sejarah perseroan.
Selain itu, jumlah penumpang turun setengah menjadi 48,1 juta karena pembatasan perjalanan Covid-19 telah berimbas kepada permintaan. Karena hal itu, pendapatan Easyjet turun menjadi 3,1 miliar pound (Rp 57 triliun).
CEO easyJet Johan Lundgren menyatakan kerugian yang masif itu memaksa perusahaan yang identik dengan warna orange itu untuk melakukan restrukturisasi besar besaran.
"Saya sangat bangga dengan kinerja tim easyJet dalam menghadapi tantangan tahun 2020. Kami merespons dengan tegas, meminimalkan kerugian, mengurangi 'bakar uang' dan meluncurkan ... program restrukturisasi terbesar dalam sejarah kami - sambil mengumpulkan lebih dari 3,1 miliar pound dalam likuiditas hingga saat ini," kata Lundgren.
Namun, melihat fakta dari berbagai perkembangan vaksin Covid-19, Lundgren optimis bahwa pesawat-pesawat easyJet akan siap mengangkasa kembali dalam waktu dekat ini.
Saat ini easyJet hanya mengoperasikan 20% dari total rute perjalanannya. April lalu perusahaan ini menutup penuh operasinya karena lockdown yang berlaku di beberapa negara Eropa. Lockdown itu memaksa perusahaan ini untuk merumahkan 4.500 karyawannya.
Pandemi Covid-19 telah mendorong perusahaan penerbangan di dunia ke dalam jurang kebangkrutan.
Beberapa waktu lalu, perusahaan penerbangan asal Korea Selatan Korean Air berencana mengakuisisi rivalnya Asiana Airlines, yang tenggelam dalam kerugian besar akibat pandemi Covid-19.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai-ramai Maskapai Penerbangan Murah Komplain ke Uni Eropa