Internasional

Ini 'Harta' Ras Hanura, Jantung Minyak Arab yang Dibom Drone

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 March 2021 15:26
Sebuah drone kembali menyerang Arab Saudi. Kali ini, pesawat itu menyerang pelabuhan minyak. (AP/Hani Mohammed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Timur Tengah kembali berkecamuk. Konflik lama antara Arab Saudi dengan kelompok Houthi Yaman. Minggu lalu pesawat nirawak (drone) dan rudal menghujani fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Ras Tanura.

Akibat serangan drone tersebut, harga minyak mentah di bursa berjangka langsung naik. Harga minyak mentah Brent melesat ke atas US$ 70/barel ke level tertinggi sejak Januari 2020, sementara minyak mentah berjangka AS menyentuh yang tertinggi sejak Oktober 2018.

Ras Tanura sendiri terletak di bagian Timur Arab Saudi yang juga berbatasan dengan Iran, Bahrain dan Qatar. Provinsi tersebut merupakan jantung minyaknya Arab Saudi. Tahun 2019 silam serangan serupa juga dilancarkan ke fasilitas produksi minyak Arab.

Kala itu dampaknya lebih signifikan. Arab Saudi bahkan harus kehilangan hampir 50% produksi minyaknya. Tepatnya pada September 2019, kilang minyak mentah di Abqaiq dan ladang minyak Khurais diserang.

Dampaknya sampai melumpuhkan produksi minyak Arab sebesar 5,7 juta barel per hari (bph) atau hampir 6% dari permintaan minyak mentah global. Namun, hanya butuh 10 hari bagi Aramco untuk melakukan perbaikan yang memadai agar total output perusahaan pulih menjadi 10 juta bph kala itu..

Serangan kali ini dampaknya dinilai lebih minimal karena sudah diantisipasi oleh pihak Arab Saudi.

Kementerian energi Saudi mengatakan tidak ada korban atau kehilangan harta benda dari serangan itu. Kementerian pertahanan mengatakan pihaknya mencegat pesawat tak berawak bersenjata yang datang dari laut sebelum mengenai sasarannya di tempat penyimpanan minyak di Ras Tanura.

Houthi, yang telah berperang melawan koalisi pimpinan Saudi selama enam tahun, juga mengatakan bahwa mereka menyerang sasaran militer di kota Dammam, Asir dan Jazan di Saudi. Koalisi pimpinan Saudi sebelumnya mengatakan pihaknya mencegat 12 pesawat tak berawak serta dua rudal balistik yang ditembakkan ke arah Jazan.

Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan bahwa kelompok tersebut telah menembakkan 14 drone dan delapan rudal balistik dalam operasi luas di jantung Arab Saudi.

Houthi baru-baru ini  juga meningkatkan serangan lintas batas ke Arab Saudi pada saat Amerika Serikat (AS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendorong gencatan senjata untuk menghidupkan kembali negosiasi politik yang macet untuk mengakhiri perang.

Kamis lalu kelompok itu mengatakan pihaknya menembakkan rudal ke pabrik distribusi produk minyak Aramco di kota Jeddah di Laut Merah yang diserang Houthi pada November 2020. Reuters melaporkan serangan itu mengenai tangki penyimpanan. Aramco dan otoritas Saudi belum berkomentar tentang klaim hari Kamis tersebut.

Pelabuhan Ras Tanura sendiri terdiri dari tiga terminal yaitu terminal Ras Tanura, terminal minyak mentah Ju'aymah dan terminal ekspor LPG Ju'aymah. Terminal minyak mentah Ras Tanura memiliki kapasitas penyimpanan 33 juta barel.

Semua minyak mentah Arab Saudi terutama Arab Heavy, Arab Medium, Arab Light dan Arab Extra Light dimuat dari sini bersama dengan kondensat dan produk olahan.

Mengingat pentingnya lokasi dan fasilitas tersebut, tak berlebihan jika serangan kelompok pemberontak yang dibekingi Iran tersebut dianggap sebagai serangan terhadap keamanan energi global.

"Tindakan sabotase seperti itu tidak hanya menargetkan Kerajaan Arab Saudi, tetapi juga keamanan dan stabilitas pasokan energi ke dunia, dan karenanya, ekonomi global," kata juru bicara kementerian dalam sebuah pernyataan di media pemerintah.

Serangan itu terjadi seiring dengan harga minyak yang terus naik menyusul keputusan OPEC+ pekan lalu untuk mempertahankan pemotongan produksi dengan Arab tetap secara sukarela melanjutkan pemangkasan output sebesar 1 juta bph. 

Serangan tersebut terjadi setelah Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ sepakat untuk mempertahankan pengurangan produksi meskipun harga minyak mentah naik.

"Kesepakatan OPEC+ minggu lalu untuk menahan produksi pada level sekarang adalah perkembangan besar yang belum sepenuhnya didiskon," kata Ritterbusch.

Menambah sentimen positif untuk harga minyak adalah Senat AS yang menyetujui RUU stimulus US$ 1,9 triliun. Stimulus tersebut diharapkan dapat meningkatkan permintaan bahan bakar karena perekonomian membaik.

Berbagai institusi internasional memperkirakan harga minyak Brent dan WTI akan naik tahun ini. Nilai median dari ramalan 8 institusi riset global memperkirakan harga Brent bakal tembus US$ 62/barel dan untuk WTI ke US$ 58/barel.

Goldman Sachs menjadi yang paling bullish karena memperkirakan harga minyak Brent tembus US$ 70/barel. Di sepanjang tahun 2021, harga minyak mentah untuk Brent rata-ratanya berada di US$ 62/barel.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular