Siap-siap! Usai Pandemi, China Bakal Kian Berkuasa di Bumi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 March 2021 11:45
UN General Assembly Empty UN Photo Gallery
Presiden China Xi Jinping (AP/Mary Altaffer)

Jakarta, CNBC Indonesia - China adalah negara yang paling awal merasakan ganasnya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), karena virus mematikan itu memang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Namun China pun menjadi negara yang paling cepat pulih.

Pada kuartal I-2020, China dengan cepat memberlakukan karantina wilayah (lockdown) untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona. Akibatnya, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu terkontraksi atau tumbuh negatif 6,8%, terendah sejak China mulai melaporkan angka pertumbuhan ekonomi pada 1992.

Akan tetapi, China tidak mau berlama-lama berkubang di zona pertumbuhan ekonomi negatif. Pada kuartal II-2020, saat berbagai negara mulai merasakan pedihnya pertumbuhan ekonomi minus, China sudah mampu menumbuhkan ekonominya di 3,2%. Selepas itu, pertumbuhan ekonomi China terus membaik dan berhasil terhindar dari resesi.

Pada 2021, pemerintah China menargetkan ekonomi bisa tumbuh di atas 6%. Artinya, China sudah kembali ke level pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi.

Mampukah China mencapai target itu? Sepertinya bisa. Hari ini, muncul lagi tanda-tanda bahwa ekonomi Negeri Panda siap melaju kencang.

Pada Februari, penjualan mobil di China melonjak 370% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Jauh di atas pertumbuhan Januari 2021 yang 'cuma' 29,89%.

Penjualan mobil adalah salah satu indikator yang mengukur kekuatan permintaan domestik. Mobil adalah barang tahan lama (durable goods) yang merupakan kebutuhan sekunder, bahkan tersier. Jadi kalau penjualan mobil melonjak, maka artinya daya beli sangat kuat.

Konsumen di China memang sedang sangat pede menghadapi perekonomian. Ini tergambar dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih terus di atas 100, menunjukkan optimisme yang menggebu-gebu.

Dunia usaha pun bersemangat. Saat industri di berbagai negara masih 'pincang' karena pembatasan sosial (social distancing), China menjadi yang paling siap dan terdepan dalam memasok kebutuhan dunia.

Pada Januari-Februari 2021, China membukukan surplus neraca perdagangan US$ 103,25 miliar. Meroket 1.332,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya --> China Berhasil Tekan Pandemi

China bisa membuka 'keran' aktivitas dan mobilitas warga dengan leluasa karena keberhasilan dalam menekan pandemi virus corona. Meski kasus baru masih bertambah, tetapi lajunya melambat signifikan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di China per 7 Maret 2021 adalah 102.064 orang. Bertambah 28 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Kali terakhir pasien positif bertambah lebih dari 100 orang dalam sehari adalah pada 31 Januari 2021. Dalam 14 hari terakhir (22 Februari-7 Maret 2021), rata-rata tambahan pasien positif adalah 28 orang setiap harinya.

China juga menjadi negara yang cepat dalam pelaksanaan vaksinasi anti-virus corona. Maklum, sejumlah vaksin memang diproduksi di oleh perusahaan farmasi China seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.

Our World in Data mencatat, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan di China per 28 Februari 2021 adalah 52,52 juta dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi adalah 631.579 dosis per hari.

Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh dalam melawan virus corona. Semakin banyak penduduk yang divaksin, maka akan terbentuk kekebalam kolektif (herd immunity) sehingga rantai penularan virus bisa diputus. Selamat tinggai, pandemi...

Vaksinasi, plus stimulus dari pemerintah dan bank sentral, akan mengantar ekonomi China menuju normal, ke masa sebelum pandemi. Usai pandemi, sepertinya peranan China di percaturan ekonomi dunia bakal semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular