Siap-siap, 3 Komoditas Tambang RI Jadi Primadona Masa Depan!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 March 2021 19:17
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkirakan dalam waktu dekat akan terjadi tren super siklus komoditas tambang. Beberapa jenis komoditas tambang diperkirakan bakal menjadi primadona di masa depan, terutama seiring dengan tren dunia berganti menuju energi bersih dari energi fosil.

Khusus di sektor transportasi, masyarakat ke depan diperkirakan bakal beralih dari mobil berbasis bahan bakar fosil ke mobil listrik. Mobil listrik membutuhkan baterai di mana bahan bakunya merupakan produk tambang.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.

Seto menjelaskan, super siklus komoditas tambang ini adalah suatu periode yang cukup panjang di mana permintaan pada satu komoditas atas beberapa komoditas lainnya jauh lebih tinggi dari rata-rata permintaan tahunan secara historis. Dengan demikian, suplai tidak bisa memenuhi semua permintaan.

"Akibatnya, harga komoditas tersebut akan naik signifikan," ujarnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu (03/03/2021).

Seto menjelaskan, dalam dua abad terakhir, telah terjadi empat super siklus tambang dunia. Pertama, era industrialisasi di Amerika Serikat pada 1889-1932. Kedua, saat Perang Dunia II pada 1933-1961, lalu super siklus ketiga terjadi saat industrialisasi di Eropa, Jepang, dan Korea Selatan pada 1962-1995. Terakhir, pada 1996 saat industrialisasi Tiongkok yang terjadi hingga 2018.

"Bagaimana identifikasi tren ke depan, kami dari Marves lihat ada super cycle (super siklus) yang kelima, penyebabnya adalah isu terkait dengan climate change (perubahan iklim)," paparnya.

Menurutnya, penyebab super siklus kelima ini yaitu sebagai akibat dari kebijakan lingkungan di mana ada pergeseran atau transisi energi dari sejumlah negara maju. Negara-negara maju kini beramai-ramai pindah menggunakan energi lebih ramah lingkungan atau energi hijau.

"Banyak negara di-drive negara maju untuk gunakan EBT dan teknologi yang rendah emisi," ujarnya.

Melihat potensi ini, hal yang paling mudah dilihat adalah mulai beralihnya masyarakat di dunia ke mobil listrik.

"Ada tiga komoditas akan berperan signifikan, pertama adalah nikel, tembaga, dan aluminium," tegasnya.

Seperti diketahui, ketiga komoditas tambang tersebut ada di Indonesia. Bila ini terjadi, maka menurutnya Indonesia bisa diuntungkan dengan adanya super siklus kelima ini.

Oleh karena itu, imbuhnya, pemerintah akan memanfaatkan dan mengoptimalkan kondisi ini dengan membangun industri turunan ketiga komoditas tambang tersebut di dalam negeri.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beda dari Nikel, Kenapa Sih Industri Hilir Tembaga Gak Jalan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular