Siap-Siap! Prabowo Mau Boyong 'Siluman Langit' ke RI

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
25 February 2021 17:40
airborne early warning and control (AEW&C). (Dok: Wikipedia)
Foto: airborne early warning and control (AEW&C). (ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo terus berusaha memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Khusus untuk matra udara, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) mulai tahun ini hingga 2024 akan merealisasikan berbagai alutsista modern secara bertahap. Salah satu yang akan diboyong adalah AEW & C merupakan pesawat multifungsi yang dirancang untuk mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh.

Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam pembukaan Rapat Pimpinan TNI AU Tahun 2021 di Jakarta, Kamis (18/2/2021).

Beberapa hari di antara alutsista tersebut antara lain:

Pesawat multi-role combat aircraft, F-15 EX dan Dassault Rafale,

Radar GCI3,

Pesawat berkemampuan Airborne Early Warning & Control,

Pesawat tanker, yakni Multi Role Tanker Transport,

Pesawat angkut C-130 J,

UCAV berkemampuan MALE,

dan lain sebagainya.

"Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan alutsista dalam waktu dekat, kita juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI Angkatan Udara, yang pelaksanaannya akan dimulai pada tahun ini," ujar Fadjar.

"Saya ingin menggarisbawahi, bahwa esensi terpenting dari penambahan alutsista bukanlah pada penambahan jumlah platformnya. Namun, yang jauh lebih esensial adalah pada peningkatan kemampuan secara signifikan yang dapat kita berdayagunakan dalam menjaga kedaulatan negara di udara," lanjutnya.

Fadjar bilang kalau tugas prajurit TNI AU adalah memastikan terjaganya kesiapan operasional matra udara, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan perawatan alutsista, agar terus berada pada level tertinggi.

"Kita harus memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta melaksanakan berbagai tugas TNI Angkatan Udara secara profesional dan dengan penuh rasa tanggung jawab," kata Fadjar.

"Di samping itu, menjaga safety dalam setiap pelaksanaan tugas, juga harus selalu menjadi concern tertinggi. Inilah kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi sebagai personel TNI Angkatan Udara," lanjutnya.

Selain pesawat multi-role combat aircraft, F-15 EX dan Dassault Rafale, rencana TNI AU merealisasikan akuisisi pesawat berkemampuan Airborne Early Warning & Control turut menjadi sorotan. Maklum, Indonesia belum memiliki pesawat sekelas tersebut.

Sejauh ini, Indonesia, dalam hal ini TNI AU baru memiliki pesawat pengintai udara Boeing 737-200. Pesawat itu, memiliki kemampuan SLAMMR, Infra Red Detection System, Serach Radar, dan seluruh sistem navigasi serta komunikasi.

Sementara itu, TNI AL memliki CN-235 MPA yang dilengkapi sistem navigasi, komunikasi, dan misi. Pada Desember 2009, TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA.

Pesawat itu menggunakan sistem Thales Amascos, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, thermal imaging dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system.



Lalu, apa itu AEW & C?

AEW & C merupakan pesawat multifungsi yang dirancang untuk mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh. AEW & C juga melakukan komando dan kendali atas ruang pertempuran dalam pertempuran udara.

AEW & C juga digunakan untuk melakukan pengawasan, termasuk target di darat, dan sering melakukan fungsi C2BM (Command and control, battle management). Fungsi ini identik dengan pengawas lalu lintas udara yang diberikan komando militer.

AEW & C bisa mendeteksi dan melacak target dan membedakan antara pesawat kawan dan lawan. AEW & C kerap digunakan dalam operasi udara ofensif maupun defensif.

NATO dan tentunya AS dikenal memiliki dan menguasai teknologi AEW & C sejak lama.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular