Tahun Ini Harga Sembako Aman, Awas Tahun Depan 'Terbang'!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 February 2021 12:50
Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga pangan dunia bergerak naik, menyebabkan risiko tekanan inflasi. Sekarang mungkin belum terasa, tetapi kala ekonomi sudah bangkit lihat saja...

Pada Januari 2021, indeks harga pangan keluaran Organisasi Pangan Dunia (FAO) berada di 113,26. Ini menjadi yang tertinggi sejak Juli 2014.

Seluruh kelompok pangan membukukan kenaikan. Skor tertinggi diperoleh minyak hewani dan nabati yaitu 138,79.

Di dalam negeri, harga sejumlah pangan pun bergerak ke utara. Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, harga cabai rawit merah melonjak 20,99% dalam sebulan terakhir. Sementara harga daging ayam ras naik 1,17%, bawang putih ukuran sedang naik 4,09%, dan daging sapi kualitas 2 naik tipis 0,17%.

Tekanan inflasi domestik dari harga pangan mulai terkerek naik. Mengikuti indeks harga pangan FAO, Indeks Harga Konsumen (IHK) komponen harga yang bergejolak pun terangkat. Lajunya melebihi komponen inti dan harga yang diatur pemerintah.

Meski ada tren kenaikan harga, tetapi dunia usaha tidak bisa semena-mena mengatrol harga di tingkat konsumen. Sebab, permintaan masih sangat lemah. Menaikkan harga, apalagi kalau terlalu tinggi, tentu akan menjadi bumerang. Barang menjadi tidak laku karena daya beli rakyat lemah.

Kelesuan permintaan domestik terlihat dari laju inflasi inti yang terus melambat. Inflasi inti berisi barang dan jasa yang harganya persisten, susah naik-turun. Jadi kalau harga yang susah bergerak saja sampai turun, maka artinya dunia usaha tidak punya pilihan selain menurunkan harga untuk mengikuti lemahnya permintaan.

Halaman Selanjutnya --> Kapan Harga Sembako Naik?

Akan tetapi, akan berbeda ceritanya kalau ekonomi sudah membaik. Saat ekonomi pulih, lapangan kerja terbuka, mobilitas meningkat, maka diharapkan daya beli akan membaik. Ketika itu terjadi, dunia usaha sudah bisa menaikkan harga tanpa pusing memikirkan produknya terjual atau tidak.

"Tahun 2020 adalah tahun di mana ekonomi dunia berhenti, permintaan dan pasokan hancur-lebur ke level yang sangat berbeda dengan resesi sebelumnya. Memasuki 2021, kami memperkirakan ekonomi akan pulih meski tidak merata seiring pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang melandai.

"Pembukaan kembali aktivitas ekonomi, vaksinasi, serta stimulus fiskal-moneter akan mendongkrak permintaan. Oleh karena itu, kami meyakini risiko inflasi tidak bisa dikesampingkan," tulis riset Neuberger Berman, firma manajemen investasi yang berbasis di New York, dalam risetnya.

Ya, laju inflasi akan sangat ditentukan oleh perkembangan penanganan pandemi virus corona. Jika kasus terus dalam tren menurun, maka pemerintah tentu akan mempertimbangkan untuk membuka kembali 'keran' aktivitas dan mobilitas masyarakat. Ini akan membuat roda perekonomian bergerak lebih cepat sehingga permintaan pun terangkat.

So, kapan tekanan inflasi bisa terjadi di Indonesia? Sepertinya belum tahun ini...

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi Indonesia pada 2021 sebesar 1,6%. Sementara proyeksi Bank Dunia ada di 2,3%, Bank Pembangunan Asia (ADB) 2,8%, serta Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) 2%.

Angka-angka tersebut tidak jauh dari realisasi 2020 yang 2,03%. Apalagi dibandingkan rata-rata 10 tahun terakhir yaitu 4,39%.

Kemungkinan tekanan inflasi baru datang pada 2022. Soalnya kekebalan kolektif (herd immunity) sepertinya baru tercapai pada kuartal I-2022. Itu adalah saat di mana sebagian besar rakyat Indonesia menerima vaksin sehingga pemerintah akan lebih tenang kalau ingin membuka kembali aktivitas dan mobilitas warga.

"Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura sepertinya mampu memberikan vaksin kepada lebih dari 70% populasi pada kuartal III-2021, sehingga herd immunity terbentuk pada kuartal IV-2021. Sedangkan China, India, dan Indonesia akan mampu menyediakan vaksin yang memadai pada akhir 2021 sehingga herd immunity akan terbentuk pada kuartal I-2022," tulis riset Citi.

Well, untuk sekarang konsumen masih bisa tenang. Sebab rasanya harga berbagai kebutuhan pokok belum naik tahun ini.

Namun tahun depan ceritanya bisa beda. Seiring dengan tercapainya herd immunity, aktivitas dan mobilitas masyarakat akan jauh lebih normal dari sekarang. Ekonomi bergeliat, permintaan naik, harga sembako bakal terkerek.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Tak Cuma Telur, Cabe-cabean Juga Naik Harga Nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular