
Jurang Kaya-Miskin Kian Lebar, Awas Rakyat Melawan!

Dari sini, dampak pandemi melebar ke aspek sosial. Ekonomi yang mati suri membuat lapangan kerja menyusut.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ada 29,12 juta penduduk usia kerja mengalami dampak buruk dari pandemi. Berikut perinciannya:
- 2,56 juta penduduk menjadi pengangguran.
- 0,76 juta penduduk menjadi bukan angkatan kerja.
- 1,77 juta penduduk sementara tidak bekerja.
- 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja.
"Pandemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa buruknya. Pandemi menghantam seluruh lapisan masyarakat, tetapi dampak untuk lapisan bawah lebih dalam. Untuk lapisan bawah, tujuh dari 10 responden mengaku pendapatannya menurun, sementara kelompok menegah-atas hanya tiga dari 10 responden," ungkap Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS).
Virus corona memang tidak pandang bulu, bisa menyerang Pangeran Charles di Istana Buckingham (Inggris) hingga tunawisma yang menggelandang. Namun dampak pandemi ini pilih kasih, dia lebih pedih dirasakan oleh mereka yang tidak berpunya.
Ini membuat ketimpangan antara si kaya dan si miskin kian lebar. Ketimpangan yang diukur dengan gini ratio meningkat, pertanda bahwa jurang pemisah itu kian nyata adanya.
![]() |
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di hampir seluruh negara. Mereka yang miskin dan tidak punya kemewahan (previlege) tersisihkan di pasar tenaga kerja, sehingga semakin merana.
"Pekerja dengan tingkat pendidikan rendah menjadi yang paling merasakan dampak pandemi. Semakin tinggi pendidikan, maka seseorang akan semakin aman di pasar tenaga kerja. Ketimpangan ini juga terjadi pada krisis-krisis sebelumnya, bukan 2020 saja," sebut riset Citi.
![]() |
"Pandemi telah mempertegas ketimpangan. Anak muda, perempuan, dan yang berpendidikan rendah semakin tersingkirkan di pasar tenaga kerja. Ini bisa menimbulkan konsekuensi sosial," lanjut riset Citi.
Halaman Selanjutnya --> Waspada, Rakyat Murka!
(aji/aji)