RI Mau Bangun Pabrik Baterai? Urus Dulu Masalah Limbahnya

News - Anisatul Umah, CNBC Indonesia
12 February 2021 17:05
Trucks load raw nickel near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia terus mendorong hilirisasi nikel, bahkan sampai mengundang pemain global untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik.

Mendorong hilirisasi nikel bukan berarti tanpa pekerjaan rumah lain, pemerintah juga harus memikirkan dampak limbah dari smelter nikel dan pabrik baterai ini.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan pemerintah Indonesia akan memperhatikan persyaratan lingkungan dalam pembangunan industri hilir nikel ini.

"Pemerintah Indonesia akan patuhi semua penambangan yang penuhi persyaratan lingkungan," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (11/02/2021).

Irwandy mencontohkan penambangan yang sudah memenuhi persyaratan lingkungan adalah pembuangan tailing (limbah) PT Newmont Nusa Tenggara. Menurutnya Newmont berhasil membuang tailing di bawah lapisan laut yang cukup dalam dan tidak terganggu oleh ombak.

"Jika bisa penuhi persyaratan, di kepulauan-kepulauan lain harus dilakukan feasibility study (FS/ uji kelayakan), salah satu perusahaan di Halmahera Utara sudah melakukan FS untuk memecahkan persoalan ini," jelasnya.

Tujuan dari penyelesaian masalah limbah adalah agar investor tetap mau berinvestasi, karena permasalahan lingkungan juga harus tetap diperhatikan.

"Agar investasi lancar ya," imbuhnya.

Menurutnya, koordinasi dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta melibatkan beberapa kementerian lain seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, dan sebagainya.

"Tentu akan ambil optimasi jalan terbaik dan kita penuhi persyaratan lingkungan dan semua yang dilakukan patuhi hal-hal tersebut," jelasnya.

Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan setiap produksi satu baterai untuk mobil listrik, bisa menghasilkan 1,8 ton tailing atau limbah.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah segera mengatur dan menyelesaikan potensi permasalahan limbah ini. Jangan sampai menimbulkan masalah lain di kemudian hari. Dia berharap agar masalah tailing ini segera bisa dicarikan jalan keluarnya.

"Ini bagaimana penanganan tailing, ini yang harus diselesaikan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/12/2020).


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ada Tren Mobil Listrik, Konsumsi Nikel Dunia Meroket!


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading