
Negara Petrodollar Terancam Rugi Rp 18.200 T, Ada Apa Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa negara-negara penghasil minyak dan gas menghadapi lubang multi-triliun dolar dalam pendapatan pemerintah mereka.
Melansir BBC, Kamis (11/2/2021), laporan dari lembaga pemikir Carbon Tracker ini melihat dampak finansial saat dunia mengurangi bahan bakar fosil.
Dikatakan beberapa negara bisa kehilangan setidaknya 40% dari total pendapatan pemerintah dan secara kumulatif total kerugian untuk semua negara penghasil minyak pada tahun 2040 akan menjadi US$ 13 triliun atau sekitar Rp 18.200 triliun.
Kerugian ini, menurut institusi itu juga menyasar negara-negara non-produsen minyak seperti China, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan India.
Carbon Tracker menggambarkan laporannya sebagai seruan untuk negara-negara penghasil minyak dan pembuat kebijakan internasional. Dikatakan mereka telah merencanakan atas dasar bahwa permintaan minyak akan meningkat hingga 2040.
Tetapi badan tersebut memperingatkan bahwa permintaan harus turun untuk memenuhi target iklim, dan harga minyak akan lebih rendah dari yang diharapkan produsen minyak dan industri saat ini.
Laporan tersebut juga merinci kerugian masing-masing negara yang disebut dengan "petro states" di seluruh dunia. Untuk tujuh negara, termasuk Angola dan Azerbaijan, kerugian diperkirakan paling sedikit 40%. Untuk 12 lainnya, termasuk Arab Saudi, Nigeria dan Aljazair berada di kisaran 20% hingga 40%.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pangeran Arab Tak Mau Saudi Bergantung dari Duit Minyak Bumi
