Dibayangi Profit Taking, Harga Minyak Bisa Gagal Reli 10 Hari

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 February 2021 10:50
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah menunjukkan tanda-tanda koreksi setelah reli 9 hari tanpa putus. Untuk diketahui, ini merupakan reli terpanjang dalam dua tahun terakhir. 

Pada perdagangan Kamis (11/2/2021), harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak mengalami koreksi 0,6% pada 10.05 WIB. Kini kontrak Brent dihargai US$ 61,1/barel sementara untuk kontrak WTI dibanderol di US$ 58,33/barel.

Semalam harga si emas hitam ditutup naik setelah pemerintah AS merilis data stok minyaknya untuk periode pekan lalu. Bada Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak Negeri Adikuasa pada pekan yang berakhir 5 Februari 2021 anjlok 6,6 juta barel.

Sesuatu yang sangat tidak disangka, karena konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ada kenaikan 985.000 barel.

"Level harga minyak saat ini sudah cukup sehat. Kenaikan harga disebabkan oleh penurunan pasokan, sementara kenaikan permintaan masih perlu pembuktian," ujar Bjornar Tonhaugen, Analis di Rystad Energy, seperti dikutip dari Reuters.

Kenaikan harga minyak memang ditopang oleh komitmen para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi sebesar 7 juta barel per hari (bph). IEA melaporkan sejak produksi OPEC+ diturunkan Mei lalu, stok minyak global turun 300 juta barel.

Proyeksi OPEC+ stok minyak global akan kembali terpangkas sebesar 82 juta barel di kuartal pertama ini. Tentu saja ini menjadi katalis positif untuk harga minyak di tengah upaya untuk melakukan vaksinasi Covid-19 yang sudah dimulai sejak awal tahun.

Harga juga ditopang oleh pemulihan ekonomi yang mulai terlihat terutama di kawasan Asia. Keberhasilan China sebagai salah satu importir minyak mentah terbesar di dunia mengendalikan wabah Covid-19 membuat pemulihan permintaan menjadi cerah.

Ekonomi China bangkit terlebih dahulu ketika negara-negara lain terjerembab ke jurang resesi. Ekonom dan analis meyakini pola pemulihan ekonomi Negeri Panda akan membentuk kurva 'V'.

Geliat ekonomi China membuat permintaan minyak terkerek naik. Selain China, permintaan minyak juga ikut terdongkrak oleh negara dengan populasi besar lain yaitu India.

Pemulihan permintaan minyak lebih ditopang oleh negara-negara di kawasan Asia mengingat negara Barat masih sibuk dengan lockdown yang membatasi mobilitas publik. Namun harga minyak yang sudah reli panjang memang rawan akan koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking) seperti saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun Harga Minyak Naik, tapi Ada Kabar Buruk dari OPEC

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular