
Update Kudeta Myanmar! Demo Lanjut Meski Polisi Tembak Massa

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pengunjuk rasa kembali ke jalan-jalan di ibu kota Myanmar, Naypyitaw, Rabu (10/2/2021). Massa pro demokrasi berdemo menentang kudeta yang dilakukan militer dan menuntut pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Aksi massa dilakukan meski Selasa (9/2/2021), bentrokan berdarah terjadi. Polisi dikabarkan menembak sejumlah pengunjuk rasa, termasuk seorang wanita tepat di kepala dengan peluru tajam.
"Kami tidak bisa tinggal diam," kata pemimpin pemuda Myanmar Esther Ze Naw kepada Reuters.
"Jika ada pertumpahan darah selama protes damai kita, maka akan ada lebih banyak jika kita membiarkan mereka mengambil alih negara."
Sementara itu beberapa pihak internasional juga menyayangkan hal ini. Amerika Serikat (AS) mengutuk penggunaan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.
"Kami mengulangi seruan kami kepada militer untuk melepaskan kekuasaan, memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis, membebaskan mereka yang ditahan dan mencabut semua pembatasan telekomunikasi dan menahan diri dari kekerasan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price di Washington.
Tak hanya AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyuarakan keprihatinannya dan meminta pasukan keamanan Myanmar untuk menghormati hak orang untuk melakukan protes secara damai.
"Penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap para demonstran tidak dapat diterima," kata Ola Almgren, perwakilan PBB di Myanmar.
Protes tersebut adalah yang terbesar di Myanmar selama lebih dari satu decade. Ini menghidupkan kembali ingatan hampir setengah abad pemerintahan langsung militer dan gelombang pemberontakan berdarah pada tahun 1988 sampai militer memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011.
Tentara Myanmar mengambil alih kekuasaan dengan alasan tuduhan kecurangan pada pemilihan umum 8 November yang dimenangkan oleh partai Suu Nkyi Liga Nasional Demokrasi (NLD). Padahal komisi pemilihan telah menepis keluhan tentara.
Sementara itu, Selasa malam, polisi menggerebek markas NLD di Yangon. Penggerebekan itu dilakukan oleh sekitar selusin personel polisi, yang memaksa masuk ke gedung di ibu kota komersial setelah gelap.
Bersamaan dengan protes, gerakan pembangkangan sipil telah mempengaruhi fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintah. Bahkan baru-baru ini staf dari kementerian listrik dan tenaga di Naypyitaw bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil ini.
Tuntutan para pengunjuk rasa sekarang lebih dari sekadar membalikkan kudeta. Mereka juga mengupayakan penghapusan konstitusi 2008 yang disusun di bawah pengawasan militer, yang memberikan hak veto kepada para jenderal di parlemen dan kendali beberapa kementerian, dan untuk sistem federal di Myanmar yang beragam etnis.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Panas! Rakyat Myanmar Turun ke Jalan Lawan Kudeta
