Jakarta, CNBC Indonesia - Myanmar resmi kudeta. Kali ini kudeta dimulai kembali oleh kubu junta militer yang diawali dengan penahanan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.
Penahanan ini diikuti dengan pernyataan militer bahwa negeri Pagoda Emas itu berada dalam keadaan darurat setahun. Di mana militer Myanmar atau Tatmadaw akan mengambil alih kekuasaan.
Kudeta ini didasari oleh klaim kecurangan pemilu November lalu yang dimenangkan Aung San Suu Kyi dan partainya Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menunjuk pejabat sementara presiden dan akan melakukan pemilu baru tahun depan.
Suasana di Myanmar pascakudeta pun memanas. Massa tumpah ruah ke jalan-jalan di beberapa kota besar.
 Foto: Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Ky (kiri) dan Panglima Tertinggi militer Myanmar Min Aung Hlaing. (AP / Aung Shine Oo) FILE - In this May 6, 2016, file photo, Aung San Suu Kyi, left, Myanmar's foreign minister, walks with senior General Min Aung Hlaing, right, Myanmar military's commander-in-chief, in Naypyitaw, Myanmar. Myanmar military television said Monday, Feb. 1, 2021 that the military was taking control of the country for one year, while reports said many of the country’s senior politicians including Suu Kyi had been detained. (AP Photo/Aung Shine Oo, File) |
Mereka menolak aksi militer itu dan menuntut agar pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi dibebaskan. Seruan "Ganyang kediktatoran militer" dan "lepaskan Aung San Suu Kyi" gema saat ribuan orang memenuhi pusat kota Minggu kemarin.
Hal ini pun membuat pemimpin tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing turun tangan. Ia mengumumkan status darurat, menerapkan jam malam pukul 20.00 hingga 4.00 pagi dan melarang pertemuan warga lebih dari lima orang.
Dalam perjalanan sejarahnya, ini bukan kudeta Myanmar yang pertama. Bak candu, negeri itu sudah berkali-kali mengalami kudeta kekuasaan yang dilakukan oleh pihak militer.
Halaman 2 >>>
Kudeta pertama kali terjadi di Myanmar tahun 1962. Yakni 14 tahun setelah negara yang saat itu dikenal sebagai Burma, merdeka dari pemerintahan kolonial Inggris.
Tatmadaw di bawah Jenderal Ne Win menggulingkan pemerintah sipil. Ia memasang rezim otoriter terpusat yang menggabungkan unsur-unsur sosialisme dan nasionalisme.
Kudeta tersebut sebagian muncul dari kekhawatiran bahwa pemerintah sipil gagal untuk menindak keras gerakan etnis minoritas dan sayap bersenjata.
Kudeta Berdarah 888
Kudeta kedua dilakukan kembali oleh militer pada tahun 1988. Kala itu muncul demonstrasi berdarah besar-besaran di Myanmar yang dikenal sebagaiPemberontakan 8888.
Rakyat yang sudah muak dengan korupsi, arogansi kekuasaan, dan kegagalan ekonomi turun ke jalan untuk menuntut pemerintah yang kala itu masih dikuasai militer untuk mundur. Namun militer masih dapat menguasai kursi kekuasaan hingga pemilu 1990.
Dalam momen pemberontakan 8888 ini, Aung San Suu Kyi muncul sebagai aktivis pro demokrasi yang mencuri perhatian. Sosoknya yang merupakan anak pahlawan nasional dan mendapat pendidikan barat, menarik perhatian.
Ia kemudian mendirikan partai Liga Nasional NLD. Pada pemilu 1990,ketika junta militer mengatur pemilihan umum, NLD memenangkan 81% kursi di pemerintahan (392 dari 492).
Namun, junta militer menolak untuk mengakui hasil tersebut dan terus memerintah negara di Dewan Hukum Negara dan Restorasi Ketertiban. Suu Kyi dijadikan tahanan rumah hingga tahun 2010 saat militer sudah mulai turun dari tahta kekuasaan.
Berulang
Kali ini, peristiwa serupa pada tahun 1990 terjadi kembali. Pada Senin dini hari pekan lalu, Suu Kyi dilaporkan ditahan. Hal ini disampaikan langsung juru bicara NLD Myo Nyunt.
Wanita 75 tahun itu ditahan bersama Presiden Win Myint dan para pemimpin lainnya oleh kelompok militer. Hal ini terjadi setelah berhari-hari ketegangan meningkat antara pemerintah sipil dan junta.
Penahanan yang berujung kudeta itu dilakukan setelah berhari-hari ketegangan meningkat antara pemerintah sipil dan junta militer.
Pemimpin tertinggi Tatmadaw Jenderal Senior Min Aung Hlaing bersikeras bahwa kudeta militer adalah langkah yang dibenarkan.