2020 Terburuk Sejak Krismon, Apa Kabar Ekonomi RI 2021?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2021 11:42
Golden Truly, Gunung Sahari yang tutup
Foto: Golden Truly, Gunung Sahari yang tutup (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif. Ini menjadi kontraksi pertama sejak 1998, kala Indonesia bergumul dengan krisis sosial-politik-ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh -2,07%. Jauh memburuk dibandingkan pencapaian 2019 yang tumbuh 5,02% sekaligus jadi yang terendah sejak 1998.

"Perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV-2020 membaik dibandingkan sebelumnya, meskipun harus diakui perkembangannya masih lemah. Kita tahu semua negara ada hambatan kerana tingginya kasus Covid-19 dan masih sulit diturunkan. Tidak hanya di Indonesia tetapi banyak negara. Pandemi menyebabkan mobilitas berkurang dan berpengaruh kepada pendapatan dan lemahnya permintaan. Pandemi menghantam dari sisi supply maupun demand," papar Suhariyanto, Kepala BPS.

Dari sisi lapangan usaha, sektor yang mengalami kontraksi paling parah adalah akomodasi dan makan-minum serta transportasi dan pergudangan. Maklum, keduanya adalah yang paling merasakan dampak kebijakan pembatasan sosial (social distancing) demi meredam penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.


"Tingkat hunian kamar turun, jumlah wisatawan mancanegara turun 75%, ada pula tutupnya hotel dan restoran semasa Covid-19," lanjut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Sementara di sisi pengeluaran, seluruh komponen pembentuknya mengalami kontraksi kecuali konsumsi pemerintah. Tiga motor utama yaitu konsumsi-investasi-ekspor seluruhnya tumbuh negatif.

"Dari sisi sumber pertumbuhan ekonomi selama 2020, Pembentukan Tetap Modal Bruto (PMTB) atau investasi adalah yang terkontraksi paling dalam yaitu -1,63%," ujar Kecuk.

Meski mengalami kontraksi, bahkan yang terparah sejak 1998, tetapi Indonesia tidak sendiri. Covid-19 adalah pandemi global, dan kebijakan social distancing juga diterapkan di hampir seluruh negara. Bahkan kontraksi ekonomi Indonesia lebih landai ketimbang negara-negara lain.

Well, 2020 memang tidak bisa diharapkan karena pandemi Covid-19 sedang parah-parahnya. It is what is is.

Saatnya kita menatap masa depan. Bagaimana prospek 2021?

"Awal tahun ini kita masih menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Namun kita melihat pada awal Januari bebera indikator menunjukkan perbaikan.

"PMI (Purchasing Managers' Index) pada Januari meningkat ke 52,2, industri sudah bergeliat. Ekspor-impor triwulan IV-2020 sudah mulai meningkat pesat, semoga berlanjut pada triwulan-triwulan berikutnya. Ada tantangan tetapi ada indikator yang menunjukkan perbaikan," jelas Kecuk.

Median proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia 2021 yang dihimpun CNBC Indonesia berada di angka 4,15%. Di bawah asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5% dan kisaran proyeksi Bank Indonesia (BI) di 4,8-5,8%.

Sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook edisi Januari 2021 memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 4,8%. Lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dibikin pada Oktober 2020 yaitu 6,1%.

Kemudian Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect keluaran Januari 2021 memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,4% tahun ini. Lebih rendah ketimbang proyeksi edisi Juni 2020 yakni 6,6%.

Proyeksi pelaku pasar, IMF, dan Bank Dunia menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia pada 2021 memang membaik, jauh lebih baik dibandingkan 2020. Namun sepertinya optimisme terhadap prospek ekonomi Ibu Pertiwi agak memudar, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya di kisaran 4%, masih jauh dari level sebelum pandemi.

"Kelancaran vaksinasi dan kepatuhan terhadap protokkol kesehatan menjadi kunci penting untuk memulihkan perekonomian. Semoga kita bisa recovery pada triwulan I-2021 dan seterusnya. Namun optimsime itu harus dibangun dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan," sambung Kecuk.

Ya, vaksinasi akan memegang peranan penting. Dengan vaksin (apabila efektif), maka rakyat Indonesia akan mampu membangun imun tubuh agar bisa menangkal virus corona.

Untuk memutus rantai penularan, Indonesia harus menciptakan kekebalan kolektif (herd immunity). Syaratnya, 60-70% rakyat harus sudah menerima vaksin.

Supaya herd immunity bisa tercipta dalam waktu setahun, maka satu juta dosis vaksin harus disuntikkan setiap harinya. Sayangnya, angka itu masih jauh panggang dari api.

Mengutp catatan Our World in Data, saat ini rata-rata vaksinasi di Indonesia masih 58.521 dosis per hari. Sangat jauh dari angka satu juta.

Selagi pandemi masih membayangi, maka berbagai pembatasan aktivitas dan mobilitas tetap akan diterapkan. Mustahil ekonomi bisa 'berlari' dalam situasi seperti ini.

Jadi, kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan memutus rantai pandemi yaitu melalui vaksinasi. Dalam hal ini, bola sepenuhnya ada di tangan pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular