
'Senyum' Muslim Rohingya Dibalik Kudeta Suu Kyi di Myanmar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh setelah penumpasan brutal militer tiga tahun lalu merayakan penahanan Aung San Suu Kyi oleh tentara pada hari Senin (1/2/2021).
Dikutip AFP, berita penangkapan Suu Kyi menyebar dengan cepat di kamp pengungsian yang padat di Bangladesh tempat tinggal sekitar satu juta pengungsi Rohingya.
Para pengungsi merasa senang karena selama ini Suu Kyi dianggap penyebab dari penderitaan mereka pada saat masih menempati wilayah Negara Bagian Rakhine di Myanmar Barat.
![]() Ethnic Rohingya people rest after the boat carrying them landed in Lhokseumawe, Aceh province, Indonesia, early Monday, Sept. 7, 2020. Almost 300 Rohingya Muslims were found on a beach in Indonesia's Aceh province Monday and were evacuated by military, police and Red Cross volunteers, authorities said. (AP Photo/Zik Maulana) |
"Dia adalah alasan di balik semua penderitaan kami. Mengapa kami tidak merayakannya?" kata pemimpin komunitas Farid Ullah dari Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia.
Mohammad Yusuf, seorang pemimpin di kamp tetangga Balukhali, mengatakan Suu Kyi sebenarnya adalah harapan terakhir Rohinya. "Tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya," ujarnya.
Beberapa orang Rohingya juga mengadakan doa khusus untuk menyambut apa yang mereka sebut "keadilan". Hal yang bertentangan dengan kecaman yang banyak diberikan banyak pemimpin dunia kepada penggulinga kekuasaan pemenang hadiah Nobel perdamaian itu.
"Jika otoritas kamp mengizinkannya, Anda akan melihat ribuan Rohingya keluar dalam pawai perayaan," katanya Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp Nayapara.
Juru Bicara Serikat Mahasiswa Rohingya yang cukup berpengaruh, Maung Kyaw Min, mengatakan sekarang ada peningkatan harapan bahwa Rohingya dapat kembali ke desa mereka di Myanmar.
"Tidak seperti pemerintah terpilih, militer (pemerintah) ini akan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Jadi kami berharap mereka akan fokus pada masalah Rohingya untuk mengurangi tekanan internasional," katanya.
![]() Pengungsi Rohingya di Perairan Aceh Utara. AP/Zik Maulana |
Sekitar 740.000 orang Rohingya melakukan perjalanan dari negara bagian Rakhine Myanmar ke negara tetangga. Ini terjadi pasca operasi pada Agustus 2017 yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat menjadi genosida.
Suu Kyi yang adalah pemimpin de facto negara pada saat itu, membela militer Myanmar pada sidang Pengadilan Kriminal Internasional pada 2019 atas kekejaman terhadap Rohingya termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Sementara itu Bangladesh mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar "proses demokrasi" ditegakkan di Myanmar.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pembantaian Rohingya, Myanmar Bunuh Semua Anak & Orang Dewasa
