Opsi Terakhir Jika Stok Batu Bara Kurang, PLN Bisa Pakai BBM

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 January 2021 16:32
PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)
Foto: PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel) berdampak pada proses pertambangan dan distribusi batu bara. Alhasil, ini pun mengakibatkan pasokan batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLN turut terhambat.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pihaknya memiliki beberapa skenario jika pasokan batu bara masih terus-menerus terkendala.

Pertama, menjaga keandalan pembangkit listrik dengan cara meminta produsen listrik swasta (Independent Power Producers/ IPP) untuk memaksimalkan produksi pembangkitnya. Menurutnya, biasanya IPP memiliki cadangan stok batu bara antara 20-25 hari. Sementara PLN hanya sekitar 15 hari.

Namun, dengan kondisi saat ini di mana wilayah tambang batu bara di Kalimantan Selatan banjir, stok batu bara PLN menjadi terganggu dan tersedia hanya untuk sekitar lima hari.

"Stok batu bara PLN biasanya 15 hari ke bawah. Nah kalau stok PLN berkurang, maka IPP diminta maksimumkan produksi pembangkitnya," ungkapnya dalam konferensi pers daring terkait 'Rantai Pasok Energi Primer Pembangkit Listrik', Rabu (27/01/2021).

Lalu, stok yang ada akan dimaksimalkan. Misalnya, dia mendeskripsikan, stok PLTU yang biasanya 15 hari, lalu ada PLTU yang stoknya 5 hari, maka batu bara akan terlebih dahulu dikirimkan ke PLTU yang stoknya lebih tipis.

Jika batu bara tidak kunjung datang, maka menurutnya penggunaan gas untuk pembangkit listrik akan dimaksimalkan.

"Penggunaan gas, saya nggak tahu sudah atau belum, sepertinya sudah, karena batu bara belum cukup," ujarnya.

Rida pun menyebut, jika pasokan gas pun masih dirasa kurang, maka opsi terakhir yang mau tak mau akan dijalankan yaitu menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

"Kalaupun nih gasnya sampai mentok, maksimum masih kurang juga, maka kemudian sangat sangat sangat terpaksa kita (beralih) ke BBM. Ini akan meningkatkan biaya pokok tenaga listrik kalau dipilih jadi opsi," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, jika dimungkinkan disandari kapal, maka kapal akan digunakan untuk menampung batu bara. Misalnya, imbuhnya, di PLTU Suralaya bisa disandari kapal agar batu bara tidak kehujanan. Namun masalahnya, menurutnya tidak semua perlabuhan bisa disandari kapal.

"Lalu, geser jadwal waktu perawatan pembangkit. Kalau pun terjadwal, kita minta jadwal ulang agar tidak ada pengurangan kapasitas," imbuhnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Masih Ketergantungan Batu Bara, Ini Buktinya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular