
IMF Beri Ramalan Baik Ekonomi Dunia, Tapi Tidak untuk RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Bank Dunia, kini giliran Dana Moneter Internasional (IMF) yang merilis laporan proyeksi ekonomi global untuk tahun 2021 dan 2022. Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, lembaga keuangan global itu merevisi naik pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini.
Pertumbuhan output ekonomi dunia untuk 2021 diramal 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Untuk kasus negara maju, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diramal berada di angka 4,3% naik 0,4 poin persentase dibanding proyeksi Oktober 2020. Untuk periode yang sama pertumbuhan ekonomi negara berkembang direvisi naik 0,3 poin persentase menjadi 6,3%.
Sebagai salah satu dari top 10 ekonomi terbesar di dunia, China dan India akan tumbuh impresif di tahun ini dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi emerging market di kawasan Asia. China diramal tumbuh lebih dari 8% sementara India lebih dari 11% untuk 2021.
IMF merevisi naik prospek pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 setelah diestimasi terkontraksi 3,5% pada 2020 akibat adanya program vaksinasi masal yang mulai dilakukan serta kebijakan yang masih akomodatif. Memasuki awal tahun, mulai banyak negara-negara terutama di kawasan Eropa yang menggenjot program vaksinasi.
Israel menjadi negara pertama yang digadang-gadang akan lepas dari jeratan pandemi karena perkembangan kemajuan vaksinasi yang sangat cepat. Pada minggu kedua Januari, 1,9 juta orang di Israel telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 atau setara dengan 22,34 dosis yang diberikan per 100 orang.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2,82 dosis per 100 orang di AS. Program vaksinasi cepat Israel, yang dimulai pada 19 Desember 2020.
Kendati banyak negara yang berbondong-bondong menyuntik vaksin warganya, outlook perekonomian dunia untuk tahun 2021 bukan tanpa risiko. Munculnya varian baru yang diklaim 70% lebih menular menjadi ancaman terbesar bagi pemulihan ekonomi.
Lonjakan kasus yang terjadi belakangan ini yang memicu diterapkannya kembali lockdown di berbagai negara membuat ekonomi dunia kehilangan momentum pemulihannya di kuartal pertama tahun ini.
Menurut IMF geliat ekonomi baru benar terasa pada paruh kedua tahun 2021 seiring dengan kapasitas manufaktur vaksin Covid-19 yang meningkat dan ketersediaannya, meski mendistribusikan vaksin secara efektif bukanlah pekerjaan yang mudah.
Optimisme akan meningkat, kalangan pelaku usaha bersiap untuk ekspansi sementara kelompok rumah tangga bisa lebih pede untuk berbelanja. Volume perdagangan diramal naik 8% tahun ini.
Pertumbuhan volume perdagangan ditopang oleh perdagangan barang. Sementara untuk jasa masih relatif lebih rendah.
Untuk inflasi di negara-negara maju diperkirakan masih akan lebih rendah dari target bank sentralnya yang dipatok di 1,5%. Inflasi di negara-negara berkembang juga diperkirakan hanya 4% saja di bawah rata-rata historisnya untuk tahun 2021-2022.
Lalu bagaimana dengan RI?