
Moody's Sebut Asia Paling Tahan Krisis Covid-19, Tapi...

Lebih lanjut Moody's menilai bahwa prospek pemulihan ekonomi di tahun 2021 untuk kawasan Asia masih tetap tidak merata. Pemicunya adalah batasan kemampuan pemerintah untuk memberikan dukungan fiskal lebih lanjut kepada rumah tangga dan bisnis.
Kendati berbagai stimulus baik fiskal maupun moneter dalam jumlah jumbo sudah digelontorkan, tetapi Moody's menilai bahwa jumlah tersebut tidak akan cukup untuk sepenuhnya mengimbangi efek negatif pada pertumbuhan jangka pendek di kawasan Asia maupun global.
Keseluruhan aktivitas ekonomi dan standar hidup untuk sebagian besar Asia pada tahun 2021 akan lebih rendah dari level sebelum krisis. Sebagian besar ekonomi negara-negara kawasan Asia belum akan kembali ke level normal pra-krisis sebelum 2022-23.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh Covid-19 dinilai permanen oleh Moody's. Hilangnya output perekonomian di kawasan Asia tentu berdampak pada kualitas kredit. Proporsi utang pemerintah, perbankan hingga korporasi yang mendapat outlook negatif dari Moody's mengalami kenaikan di tahun 2021.
Di tingkat negara, prospek pertumbuhan yang berpotensi melemah dan berlanjutnya ketidakpastian seputar perdagangan, tensi geopolitik, krisis kesehatan, serta eksposur ke sektor komoditas dan pariwisata, akan membebani peningkatan pendapatan.
Beban hutang akan tetap lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi untuk beberapa waktu, sementara keterjangkauan hutang akan memburuk untuk negara dengan kualitas kredit yang paling lemah.
Di sektor perbankan, era suku bunga rendah dan biaya kredit yang tinggi akan menekan profitabilitas.
Pemulihan ekonomi yang tidak merata di Asia dan berkurangnya dukungan pemerintah secara bertahap juga akan membebani kualitas aset bank sampai batas tertentu akibat memburuknya kemampuan pembayaran hutang dan meningkatnya risiko gagal bayar dari perusahaan yang lebih lemah.
Namun, hal ini sebagian diatasi dengan program restrukturisasi dan moratorium pinjaman.
Meskipun sebagian besar perusahaan non-keuangan yang dinilai untuk kawasan Asia masih akan mempertahankan akses yang kuat ke pendanaan, risiko pembiayaan kembali (refinancing) tetap ada untuk perusahaan yang memiliki kualitas rendah dengan likuiditas yang lemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)