Walau Pandemi, RI Tetap Seksi Buat Investasi! Beneran Nih...?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2021 14:28
Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi. (CNBC Indoensia/Muhammad Sabki)
Foto: Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi. (CNBC Indoensia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski dihantui pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tidak semua cerita berakhir sedih. Di tengah berbagai keterbatasan, ada sebuah prestasi yang patut mendapat apresiasi.

Prestasi itu adalah realisasi investasi. Tidak disangka tidak dinyana, Indonesia masih jadi negara yang 'seksi' di mata investor, walau katanya sedang dalam masa prihatin akibat pandemi.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, nilai realisasi investasi di Tanah Air pada 2020 mencapai Rp 817,2 triliun. Angka ini adalah 101,1% dari target yang ditetapkan pemerintah.

Lebih hebat lagi, nominal Rp 817,2 triliun mencerminkan pertumbuhan 2,1% dibandingkan 2019. Di tengah suasana yang serba sulit karena pandemi, investor masih rela menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran, investasi alias Penanaman Modal Tetap Bruto (PDB) menjadi kontributor kedua terbesar, hanya kalah dari konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu, realisasi investasi yang impresif tentu akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Tidak hanya itu, investasi juga berperan penting dalam mendongrak konsumsi rumah tangga. Investasi tentu menciptakan lapangan kerja. Semakin banyak penduduk yang terserap menjadi tenaga kerja tentu membuat daya beli rakyat secara keseluruhan kian kuat.

Sepanjang 2020, investasi yang masuk berhasil menyerap 1.156.361 tenaga kerja. Lebih tinggi dibandingkan 2019 yang sebanyak 942.835 tenaga kerja.

Data dari BKPM ini tentu menjadi kejutan yang menyenangkan. Sebab jujur saja, situasi 2020 sangat berat.

Sebagaimana 200 negara dan teritori lainnya, Indonesia tidak kebal dari serangan virus corona. Indonesia mencatatkan kasus corona perdana pada awal Maret 2020. Sejak saat itu, jumlah pasien positif terus bertambah.

Per 31 Desember 2020, jumlah pasien positifc corona di Indonesia mencapai 743.198 orang. Sejak corona mulai mewabah pada 1 Maret 2020, rata-rata pasien baru bertambah 2.428 orang setiap harinya.

Di Indonesia, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Dalam kearifan lokal, namanya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku mulai akhir Maret 2020 seperti amanat Peraturan Presiden (PP) No 21/2020, belum dicabut.

Pasal 3 PP tersebut menyatakan bahwa PSBB minimal meliputi:
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

Aktivitas dan mobilitas penduduk yang berkurang drastis sama saja dengan menghentikan roda ekonomi. Produksi terhambat, permintaan pun seret. Ekonomi terpukul di dua sisi sekaligus, supply dan demand.

Di sektor riil, dampak pandemi virus corona sangat terasa. Bahkan menjadi yang terdepan merasakan dampak ketimbang sektor keuangan, karena social distancing membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat berkurang drastis.

Aktivitas manufaktur yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) sempat berada di titik terendah sepanjang sejarah pada April 2020. Rata-rata PMI manufaktur Indonesia pada 2020 adalah 44,69. Jauh di bawah 2019 yang sebesar 49,74 apalagi 2018 yang 50,9.

Kredit perbankan, yang merupakan salah satu sumber utama pendanaan investasi selain kas internal perusahaan, juga mengenaskan. Bank Indonesia (BI) melaporkan, nominal penyaluran kredit yang disalurkan perbankan pada Desember 2020 adalah Rp 5.482,5 triliun. Tumbuh -2,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Kontraksi penyaluran kredit perbankan sudah terjadi sejak September 2020. Lebih mengkhawatirkan, kian lama kontraksinya semakin dalam.

Oleh karena itu, kabar dari BKPM sangat melegakan (sekaligus mengejutkan). Di tengah ekonomi yang setengah mati suri, ternyata Indonesia masih mampu membukukan kenaikan investasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular