
Pengusaha 'Ngarep' Bunga KPR Single Digit, Mungkin Nggak?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha meminta agar perbankan nasional bisa segera menyesuaikan tingkat suku bunga kredit baik konstruksi maupun kredit pemilikan rumah (KPR). Hal itu sejalan dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang terjaga rendah di level 3,75%.
Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menilai, bank-bank Himbara maupun Perbanas bisa segera mendiskusikan lebih lanjut dengan anggotanya untuk menurunkan suku bunga menjadi satu digit. Kebijakan ini dinilainya akan memberi pengaruh bagi bisnis properti.
"Dari Himbara dan Perbanas juga bisa dikusi dengan anggotanya untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam artian BI dan OJK, sehingga kredit bisa benar-benar single digit, baik kredit konstruksi maupun kredit KPR," ujar Totok, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, pekan lalu.
Dia menuturkan, saat ini memang ada beberapa bank yang menawarkan suku bunga KPR di kisaran 6%-7% namun hanya berlaku dalam jangka pendek, belum secara keseluruhan.
"KPR ada 6-7% untuk short term, totally kembali ke bunga market. Kita ingin single digit itu bukan hanya di awal saja, tapi keseluruhan masa kredit," ujar dia.
Peneliti Instute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat, perbankan seharusnya bisa mengakselerasi penurunan tingkat suku bunga kredit terutama Kredit Pemilika Rumah. Hal ini, sejalan dengan masih cukup longgarnya likuiditas perbankan.
"Bisa seharusnya bunga KPR single digit, bank juga posisi sedang longgar likuiditasnya," kata Bhima, saat dihubungi CNBC Indonesia, Minggu (24/1/2021).
Meski demikian, masih lambannya transmisi bunga acuan BI ke bunga KPR kata Bhima lantaram adanya faktor risiko KPR yang masih tinggi.
Hal tersebut menyebabkan bank khawatir kemampuan bayar atau ability to pay calon debitur KPR masih belum pulih, terlebih di situasi yang sulit karena pandemi seperti sekarang ini.
"Sehingga ini buat bank berikan bunga yang mahal ke debitur. Banyak juga yang tawarkan fix rate 7% tapi waktu floating rate-nya naik jadi 13-16%. Faktor risiko berperan penting dalam pembentukan bunga KPR," ujarnya.
Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan perbankan masih bisa untuk menurunkan suku bunga kredit.
Ia menjelaskan, penurunan suku bunga perbankan masih bisa turun melihat likuiditas perbankan yang masih longgar. Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia atau 7-Day Reverse Repo Rate BI juga masih rendah, berada pada level 3,75%.
Saat ini, kata Perry, suku bunga kredit sudah turun dari 9,32% pada November 2020 dan menjadi 9,21% pada Desember 2020. Penurunan suku bunga kredit pun diperkirakan masih bisa berlanjut.
"Penurunan suku bunga kredit diperkirakan akan berlanjut dengan longgarnya likuiditas dan rendahnya suku bunga kebijakan Bank Indonesia," ujar Perry dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (21/1/2021).
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rumah.com: Pembelian Properti Mulai Meningkat