Ini Kenapa Sarang Burung Walet Jadi 'Harta Karun' Rp 500 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ternyata memiliki potensi besar dari komoditas yang belum tergarap maksimal, yakni sarang burung walet. Nilai ekspornya dalam setahun bila dimaksimalkan bisa mencapai angka Rp 500 triliun. Dengan ekspor langsung dari Indonesia, potensi itu bisa tercapai.
Sayangnya, untuk menghasilkan angka sebesar itu tidak mudah, Indonesia harus bisa mendapat izin agar komoditas ini bisa mulus tiba di negara tujuan. Negara yang paling besar menyerap ekspor sarang burung walet dari Indonesia adalah China.
"Jalur resmi ke China ada 23 perusahaan. Ada lagi jalur yang nggak resmi, bisa lewat Hong Kong, Vietnam itu lebih besar, volume undervalue ini 4-5x lipat dari jalur resmi," kata Ketua umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata kepada CNBC Indonesia, Senin (18/1/21).
Perusahaan dengan penjualan melalui jalur resmi adalah eksportir yang sudah mengantungi Eksportir Terdaftar Sarang Burung Walet (ET-SBW). Jumlah perusahaan yang masuk kategori itu sangat kecil dibanding yang masuk lewat jalur tidak resmi alias black market.
Kontribusi antara keduanya timpang dengan jumlah ekspor dari perusahaan resmi jauh lebih sedikit dibanding ilegal. Sayangnya, nilai per Kg sarang burung walet antara keduanya juga ikut timpang.
"Tanpa ET bisa aja, namanya nggak ada ketentuan bisa aja undervalue harganya sekitar Rp 600 ribu per Kg. Sedangkan yang ada ET kira-kira diambil rata-rata di atas Rp 20 juta/Kg," kata Boedi.
Alhasil, untuk meningkatkan devisa negara maka jumlah ekspor sarang burung walet harus lebih banyak yang melalui jalur resmi. Dari sini pemerintah bisa mendulang devisa triliunan rupiah, Menteri Perdagangan M. Lutfi bahkan menyebut nilainya mencapai Rp 500 triliun.
"Dengan diadakan ET maka harga-harga distandarisasi, nggak ada 600 ribu, mungkin per Kg Rp 10-15 juta, jadi akan melonjak devisa karena undervalue udah makin dikit. Itu yang dibahas Pak Lutfi, kalau dengan kebijakan ET maka devisa melonjak meskipun sebenarnya produksi sarang burung segitu aja. Dengan regulasi anyar maka undervalue bisa dicegah dan devisa menurut catatan melonjak," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Harta Karun' RI Dihargai Mahal, Tapi Tak Mudah Masuk China!