Berpotensi Tsunami, Gempa Majene Sulbar Pengulangan dari 1969

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
15 January 2021 12:58
Gempa di Sulawesi Barat (ist)
Foto: Gempa di Sulawesi Barat (ist)

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa yang terjadi di Majene Sulawesi Barat, merupakan gempa ulangan 1969 karena Mamuju Thrust yang masih sangat aktif. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dari gempa 1969 perhitungannya pengulangan gempa dapat terjadi pada 2019.

"Gempa periode ulang yang terjadi di 1969 dan terulang lagi, kalau kami hitung pengulangannya kurang lebih 2019, jadi memang saat ini terjadi," kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (15/01/2021).

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan Mamuju Thrust termasuk yang sangat aktif di Indonesia. Pada pelepasan energi kemarin, dengan puncaknya 5,9 magnitudo sebagai gempa pembuka, dan magnitudo 6,2 yang terjadi dini hari tadi sebagai gempa utama sehingga gempa berikutnya tidak sekuat ini lagi.

"Sudah 28 kali gempa susulan dan yang paling besar kekuatan 5,9 M dan 6,2M. ini sebaran gempa yang kami monitor ada 28 gempa, dan ada 3 yang kami kenali sumbernya. Gempa ini memiliki kesamaan dengan gempa masa lalu, terkait Mamuju thrust," katanya.

Melihat dari tanda yang ada, dalamm 15 menit BMKG mengestimasi bahwa gempa yang terjadi bersifat merusak, sehingga bisa dilakukan pertolongan ke wilayah tersebut yang mengalami kerusakan.

"Kembali pada sejarah gempa terkait mamuju thrust kita mencatat ada 3 kali sebelumnya 11 April 1967 magnitudo 6,3 sesar naik yang membuat tsunami Polewali mandar menyebabkan 13 orang meninggal. Lalu pada 23 Februari 1969 magnitudo 6,9 di Majene menyebabkan 64 meninggal, dan 8 Januari 1984 Mamuju tidak menyebabkan tsunami dan tidak ada catatan korban." jelasnya.

Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan ada potensi terjadi gempa susulan yang diikuti oleh gelombang tsunami di Majene, Sulawesi Barat. Gempa susulan ini terjadi pasca gempa magnitudo 6,2 yang meluluhlantakan Majene dan Mamuju.

"Dari penjelasan tadi perlu kami sampaikan pula bahwa pertama tadi adalah masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat, bisa mencapai kekuatan yang seperti tadi sudah terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi," kata Dwikorita.

"Nah dan itu karena kondisi batuan digoncang dua kali bahkan 28 kali, sudah rapuh dan pusat gempa ada di pantai. Nah memungkinkan untuk terjadinya longsor ke dalam laut atau longsor bawah laut sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa di pantai atau di pinggir laut," sambung Dwikorita.

Dwikorita mengimbau masyarakat yang berada di wilayah gempa untuk menjauhi bangunan. Jalur evakuasi diminta segera disiapkan. "Oleh karena itu kami juga mengimbau warga masyarakat di daerah terdampak tidak hanya menjauhi bangunan-bangunan yang rentan atau gedung-gedung tapi juga apabila kebetulan masyarakat berada di pantai, ini yang di pantai saja dan merasakan guncangan gempa lagi segera menjauhi pantai tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami karena kejadian tsunaminya bisa sangat cepat," ujar Dwikorita.

Kendati demikian, Dwikorita meminta masyarakat untuk tetap tenang. Yang terpenting, kata Dwikorita, masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika gempa susulan terjadi.

"Masyarakat juga kami imbau untuk tetap tenang yang penting sudah tahu apa yang dilakukan, mulai disiapkan juga jalur evakuasi. Yang berada di pantai siapkan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi," ujar dia.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca Gempa M6,2, BMKG: Majene Alami 6 Kali Gempa Susulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular