
ENI Ditargetkan Ambil Alih Proyek Gas IDD Chevron di Q1 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan pengalihan pengelolaan (operatorship) proyek gas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kutai Basin, lepas pantai Kalimantan Timur, dari Chevron Indonesia Company Ltd kepada ENI, perusahaan minyak asal Italia, dilakukan pada kuartal I 2021.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif saat Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2020 Dan Rencana Kerja Tahun 2021, Kamis (07/01/2021).
Dia mengatakan, kini masih ada negosiasi antara Chevron dengan ENI terkait rencana pengambilalihan proyek IDD ini.
"IDD, kini masih ada negosiasi antara Chevron dengan ENI," paparnya Kamis, (07/01/2021).
Meski demikian, menurutnya ENI menunjukkan niat yang serius untuk mengambil alih proyek IDD ini dari Chevron. Pasalnya, diperkirakan ada sekitar 800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas yang akan diproduksi di sana dan ini juga akan mendukung produksi gas alam cair (LNG) di kilang LNG Bontang ke depannya.
Dia pun berharap agar negosiasi kedua belah pihak bisa segera rampung pada kuartal I 2021 ini.
"ENI menunjukkan minat yang serius. Ada 800 MMSCFD gas yang akan diproduksi dan bisa untuk mendukung produksi LNG di Bontang. Kami harapkan negosiasi ini selesai di kuartal I 2021," ungkapnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan ENI akan mengambil alih proyek IDD pada akhir 2020 lalu.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Chevron dan ENI tengah melakukan finalisasi segala sesuatunya terkait proyek IDD ini.
"Insya Allah akhir tahun ini kita targetkan clear dari Chevron ke yang baru, ENI. ENI adalah kandidat menggantikan Chevron di IDD. Sekarang proses finalisasi hal-hal yang dibutuhkan antara Chevron dan ENI," tuturnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (06/11/2020).
Dwi juga sempat mengungkapkan kemungkinan besar ENI menjadi pengganti Chevron dalam mengembangkan proyek IDD ini karena Gendalo Hub dan Gehem Hub yang merupakan bagian besar dari Proyek IDD ini lokasinya berdekatan dengan Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau yang dikelola ENI.
Dengan demikian, fasilitas produksi bisa disambung dan digunakan bersama, sehingga diharapkan dapat menekan nilai investasi proyek.
"Kalau itu terjadi, misalnya ENI menggantikan Chevron, kami melihat beberapa hal positif karena bisa menurunkan investasi dari fasilitas produksinya karena bisa mengkoneksikan Lapangan Jangkrik yang sekarang sudah dimiliki ENI," tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI secara virtual pada Rabu (30/09/2020).
Proyek IDD yang dikelola Chevron Indonesia Company Ltd terdiri dari Lapangan Bangka, Gendalo Hub dan Gehem Hub. Chevron telah memproduksi gas dari Lapangan Bangka mulai Agustus 2016 dengan kapasitas produksi hingga 110 MMSCFD
Namun untuk pengembangan Gendalo dan Gehem Hub, hingga saat ini masih belum juga dioperasikan. Chevron pun telah memutuskan bahwa proyek IDD ini tidak dapat bersaing dalam portofolio global perusahaan dan kini sedang mengevaluasi kepemilikan dan pengoperasian 62% sahamnya di proyek IDD ini.
Berdasarkan data SKK Migas, saat ini proyek ini sedang dalam tahap proses evaluasi persetujuan revisi Rencana Pengembangan (Plan of Development/ POD ) I dan juga proses evaluasi usulan perpanjangan Blok Rapak dan Blok Ganal.
Bila Gendalo dan Gehem Hub ini beroperasi, maka diperkirakan bisa menghasilkan gas sebanyak 844 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 27.000 barel minyak per hari.
Hingga saat ini SKK Migas masih menargetkan proyek ini secara keseluruhan bisa beroperasi pada kuartal keempat 2025. Adapun nilai proyek ini diperkirakan sebesar US$ 6,98 miliar.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article SKK Migas Sebut ENI Hampir Pasti Gantikan Chevron di IDD
