Impor BBM Masih Puluhan Juta KL, Begini Upaya RI Menekannya

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 January 2021 12:53
BBM
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketergantungan Indonesia pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM) masih cukup tinggi. Pada 2019 tercatat impor BBM masih mencapai 24 juta kilo liter (KL), baik bensin dan solar.

Oleh karena itu, pemerintah kini terus berupaya menjalankan beberapa strategi guna menekan impor BBM.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan salah satu cara menekan impor solar yakni melalui program Biodiesel 30% (B30).

"Kami pastikan B30 berjalan baik. Sudah berjalan di 2020 dan ada pengembangan green refinery," ungkapnya dalam dalam Webinar Peluang dan Tantangan Substitusi BBM di Sektor Transportasi, Kamis (07/01/2021).

Sementara untuk bensin, dia mengakui masih belum ada alternatif pengganti bensin yang signifikan, sehingga impor bensin masih sangat besar yakni 19 juta kl dari kebutuhan 35 juta kl pada 2019 lalu.

Dia mengatakan, alternatif pengganti bensin bisa dilakukan melalui penyerapan bahan bakar gas (BBG) melalui Compressed Natural Gas (CNG). Menurutnya, ada potensi CNG berbasis sawit atau dikenal dengan bio-CNG. Kini bio-CNG atau kata lain bensin sawit (Bensa) menurutnya tengah dilakukan kajian oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selain CNG, menurutnya bensin memiliki alternatif pengganti lainnya yaitu berupa A20 atau alkohol 20%, terdiri dari metanol 15% dan etanol 5%. Namun demikian, menurutnya program A20 ini belum diputuskan apakah akan dijalankan atau tidak, meski secara teknis sudah disiapkan, namun contoh secara komersial menurutnya masih belum ada.

"Kita akan 'kebanjiran' metanol dari sisi produksi gas, juga konversi ke metanol dari batu bara, sedangkan tiga industri (batu bara) yang akan bangun (gasifikasi) rata-rata produksinya 1,4 juta ton, di atas 1 juta ton metanol per tahun. Ini peluang ganti pemanfaatan BBM jenis bensin dengan A20," jelasnya.

Metanol menurutnya nantinya bisa diproduksi di dalam negeri dari proses gasifikasi batu bara tersebut. Kemudian untuk produksi etanol bisa didorong dari energi baru terbarukan, sehingga menurutnya ini bisa menjadi kombinasi menarik.

"Ini bisa mendorong lebih cepat pemakaian energi berbasis dalam negeri, menggeser pemanfaatan BBM yang sekarang masih banyak impor," ungkapnya.

Selain dua hal di atas, pemerintah juga sedang menyiapkan regulasi terkait kendaraan bermotor listrik, mulai dari standar keselamatan, ketentuan ketenagalistrikan, dan tarif tenaga listrik.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Selesai Jadi Presiden, RI Juga Belum Bebas Impor BBM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular