RI Banjir Impor Minyak, Luhut Minta Diversifikasi Energi

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
25 November 2020 17:37
Luhut Binsar Pandjaitan. Dok: Tangkapan layar CNBC Indonesia TV
Foto: Luhut Binsar Pandjaitan. Dok: Tangkapan layar CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini memang defisit pasokan energi, baik dari minyak mentah, produk minyak seperti bahan bakar minyak (BBM) hingga LPG. Semakin meningkatnya permintaan energi di dalam negeri, namun tidak sejalan dengan peningkatan produksi, maka mau tidak mau Indonesia harus mengimpor sejumlah pasokan energi.

Hal ini juga diakui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia mengatakan, konsumsi minyak mentah Indonesia memiliki tren kenaikan 3,3% per tahun, sementara dari sisi produksi malah turun 2,2% per tahun. Pada akhir 2018, total cadangan minyak mentah Indonesia pun tinggal 3,2 miliar barel, terkuras dari 5,1 miliar barel pada 1998.

Besarnya impor minyak mentah maupun produk minyak saat ini menekan neraca perdagangan Indonesia dan bisa memperburuk perekonomian nasional. Oleh karena itu, lanjutnya, penting bagi negara untuk melakukan diversifikasi pasokan energi.

"Indonesia butuh diversifikasi sumber energi. Impor minyak menekan rupiah dan ekonomi secara keseluruhan," ujarnya dalam acara EBTKE ConEx 2020 secara virtual, Rabu (25/11/2020).

Luhut mengatakan, salah satu upaya diversifikasi sumber pasokan energi yakni melalui program biodiesel, mulai dari pencampuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 30% dengan diesel atau biasa dikenal dengan B30 maupun B40.

"Program B30, B40 dapat mengurangi impor energi kita," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, besarnya cadangan batu bara nasional saat ini bisa dimanfaatkan untuk gasifikasi batu bara dan mengubahnya menjadi dimethyl ether (DME) maupun methanol yang bisa digunakan untuk pengganti LPG atau pencampuran untuk biodiesel.

"Kita tidak ingin hanya ekspor batu bara mentah, tapi bisa lakukan hilirisasi seperti mengubah batu bara menjadi methanol yang kita perlukan untuk B30 juga," tuturnya.

Di sisi lain, imbuhnya, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan proyek energi baru terbarukan terutama untuk pembangkit listrik, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga angin/ bayu (PLTB), dan lainnya.

Karena masih banyaknya sumber energi terbarukan tersebut, maka menurutnya nuklir belum perlu untuk segera dikembangkan di Tanah Air. Terlebih, lanjutnya, adanya kasus kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima, Jepang.

"Kami akan tingkatkan porsi energi baru terbarukan untuk mengendalikan perubahan iklim," pungkasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Benefit Mobil Listrik: Tekan Impor Bensin-Lebih Irit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular