
Sektor Pariwisata Buka Peluang Besar Bagi Lulusan Vokasi

Jakarta, CNBC Indonesia- Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, membuat industri pariwisata menjadi salah satu sektor memiliki potensi besar dan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kebutuhan ini dapat diisi oleh lulusan sekolah kejuruan dan vokasi yang kompeten serta mampu bersaing.
Direktur Mitras Dudi Kementerian dan Kebudayaan RI, Ahmad Saufi mengatakan salah satu bidang bagian dari sektor pariwisata dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi adalah perhotelan dan kapal pesiar. Sektor ini dinilai cocok bagi lulusan vokasi karena anak-anak Indonesia dikenal dengan keramahtamahannya, ini menjadi salah satu bekal untuk bisa menjadi pribadi yang diinginkan. Meski demikian, dia mengakui kemampuan bahasa lulusan vokasi masih harus diperbaiki seperti kemampuan bahasa Inggris.
"Dipoles sedikit kemampuan bahasa inggrisnya, penerimaan akan tinggi. Yang perlu saya kemukakan adalah bahwa anak-anak kita punya tantangan ke depan tak hanya hard skill saja, bahwa anak-anak kita perlu dilengkapi dengan soft skill plus kemampuan bahasa asing," ujar Saufi belum lama ini.
Kemampuan bahasa menjadi salah satu dari beberapa faktor penting yang harus diperbaiki oleh lulusan vokasi agar mampu bersaing. Dia menyebutkan kemampuan komunikasi bagi lulusan vokasi, kemudian bagaimana menyiapkan siswa agar tahan banting ketika di dunia kerja. Selain itu diperukan kemampuan berkolaborasi dan penguasaan bahasa asing, apabila ingin bersaing di kancah internasional.
Apabila kemampuan bahasa asing baik, lanjutnya, tak hanya kawasan Eropa, namun negara lain juga bisa dijelajahi dengan kemampuan yang dimiliki. Misalnya Taiwan, Jepang serta Korea Selatan. Saufi menekankan bahwa pada dasarnya permasalahan selama ini adalah belum adanya keselarasan antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Penyelarasan dunia pendidikan dan industri inilah yang tengah diupayakan oleh pemerintah melalui Ditjen Vokasi Kemendikbud, dengan praktik kerja atau magang akan diperpanjang menjadi minimal 6 bulan dari sebelumnya 3 bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa dan mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja lebih dini, dan mengenal tantangan di dunia industri. Dengan begitu seperti di negara lainnya, lulusan vokasi pun dapat diserap dan menjawab kebutuhan industri.
"Kita tak perlu berkutat terlalu lama dengan itu, yang penting tau ada permasalahan, sehingga satu per satu bisa dilaksanakan. Kalau kurikulum sesuai yang dibutuhkan oleh dunia industri dan dunia usaha, tentunya peluang anak-anak menguasai bidang diinginkan akan semakin besar," ujarnya.
Atase Dikbud KBRI di Singapura Enda Wulandari mengatakan vokasi juga memiliki peran penting dalam peningkatan SDM di negara tersebut, meski semula hanya dipandang sebelah mata. Apa yang dipelajari pada pendidika vokasi yakni dengan melihat ke arah ekonomi berkembang.
"Jadi perencanaan dilakukan melihat ke depan berdasarkan diskusi dengan dunia industri, sehingga mereka tahu pelatihan apa yang dibutuhkan untuk lulusannya masuk dan mempertahankan kinerjanya. Jangan heran kalau ada jurusan di Singapura, tahun ini ada bisa jadi tiga tahun lagi sudah tidak ada," kata Enda.
Enda mengatakan meski saat ini persaingannya sangat ketat, sudah ada dosen dan guru SMK yang menempuh pendidikan di Singapura untuk meningkatkan kompetensinya. Lulusan vokasi Indonesia pun menurutnya memiliki kesempatan mengisi posisi yang kemampuannya tidak dimiliki oleh SDM Singapura.
Selain itu, ekonomi digital juga menjadi sektor yang dapat disasar karena Singapura tengah gencar mengembangkannya. Sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang IT.
"Perlu diperkuat bidang IT, dan pendidikan vokasinya itu setara dengan apa yang ada di industri ketika mereka belajar tidak ada gap yang di sekolah dan dunia kerja," katanya.
Bukan hanya Singapura, vokasi juga memiliki peran penting di India dan Filipina. Atase Dikbud KBRI di India Lestyani Yuniarsih mengatakan, serupa dengan Singapura, vokasi di India juga mulanya dipandang sebelah mata. Namun, di India vokasi telah dikembangkan sejak 1956 yang difokuskan pada berbagai bidang yang menggandeng industri dengan dunia pendidikan.
"Vokasi membuat semacam model yang fleksibel dengan yang dibutuhkan sektor tertentu dan daerah tertentu agar sesuai dengan kebutuhan domestik dan global. India tidak hanya mengemas pendidikan vokasi dan menjalankan bisnis as usual, tetapi juga kursus Internet Of Things, dan juga ada drone teknologi, pemerintah memperhatikan vokasi untuk ke depannya," katanya.
Pengamat Pendidikan Lili Nurlaili mengatakan yang terpenting dalam meningkatkan kualitas SDM bukan hanya menikahkan dan saling komitmen antara industri dan dunia pendidikan, melainkan juga sertifikasi. Lili yang pernah bertugas sebagai Atase Dikbud di Filipina mengatakan vokasi di negara tersebut tidak berdiri sendiri melainkan menyatu dengan SMA.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru