Kemendikbud Ajak Lulusan Vokasi Jadi Entrepreneur

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
20 February 2021 19:10
(CNBC Indonesia/Tito Bosnia)
Foto: (CNBC Indonesia/Tito Bosnia)

Bandung, CNBC Indonesia - Para calon usahawan yang berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat dan sekitarnya mengikuti kelas offline yang digelar oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Mitras Dudi.

Di hari kedua kelas offline dengan tema"Peluang Bisnis Modal Tipis" tersebut, peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti jalannya acara secara virtual.

Hadir membuka kelas offline, Kepala Sub Bag Tata Usaha Mitras Dudi, Yudil Chatim mengatakan masyarakat khususnya kaum milenial tidak takut untuk membuka bisnis.

Melalui Direktorat Mitras Dudi, esensi dari kelas offline ini akan disebarkan dan menjadi pembelajaran bagi masyarakat umum khususnya para siswa di Pendidikan Vokasi dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mendapatkan gambaran dalam membuka bisnis.

"Jadi kita menginginkan masyarakat khususnya mahasiswa-mahasiswi dan siswa SMK maupun Pendidikan Vokasi mendapatkan gambaran seperti apa wirausaha. Mereka bisa mendapat pencerahan nanti seperti apa start awal membuka bisnis", ujar Yudil di Hotel Mercure Bandung City Centre, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/2/2021).

Kelas offline kemudian dilanjutkan dengan diskusi oleh para pembicara yang merupakan wirausahawan atau pebisnis dari Kota Bandung dan sekitarnya.

Salah satunya Sashy Pashatama yang merupakan Owner dari Cici Claypot. Sashy dalam diskusinya menyampaikan berbagai strategi yang diterapkan usaha kulinernya, yang cukup sukses hingga saat ini meski baru berumur 2 tahun.

Diantaranya wirausahawan di bidang kuliner harus menjaga konsistensi dan kualitas makanan kepada konsumen, sembari melakukan inovasi untuk beradaptasi pada kondisi pasar yang terus berubah.

Kepada para peserta, Sashy juga berdiskusi kepada para peserta terkait kisaran modal awal yang harus dikeluarkan untuk membuka usaha kuliner tersebut.

"Adaptasi terutama di masa pandemi ini, maka kita membuka makanan frozen. Lalu personal branding juga sangat efektif, lalu promosi yang harus dibarengi dengan kualitas produk yang sepadan", ujar Sashy.

Hadir sebagai pemilik dari usaha jasa visual Mada Riyanhadi, menyinggung hal yang sama terkait personal branding. Pasalnya, konsumen harus diberikan karya yang terbaik dari setiap produk yang dibayar.

Founder dari Visual Project ini juga menyebut bahwa awalnya ia mengeluarkan modal sebesar Rp 20 juta untuk membeli kamera. Menurutnya, kapasitas dan portofolio yang baik dinilai menjadi value bagi seorang usahawan agar produk-produknya dilirik oleh para konsumen.

"Kelas offline ini merupakan gerakan yang bagus terutama dengan kondisi saat ini dibutuhkan ide-ide baru untuk menjalankan bisnis. Intinya jangan takut kuncinya, berwirausaha ada jatuh bangunnya namun teman-teman harus fokus dengan yang dikerjakan karena pasti akan ada perkembangan ke depannya", jelas Mada.

Tak kalah menarik, Tiara selaku Founder dari Lenthick menyampaikan keunikan produk essential oil yang dijualnya sebagai personal branding yang berbeda dengan produk-produk serupa yang dijual lebih murah.

Filosofi merek yang unik, penjualan yang terkoneksi dengan jaringan e-commerce dan media sosial, promosi hingga pengemasan produk dan mengutamakan kualitas dibanding kuantitas menjadi tips dari Tiara bagi para peserta jika membuka bisnis baru meski hanya bermodalkan dana yang kecil.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular