
Tak Merata, Bisnis Hotel Ada yang Masih Berdarah-Darah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Momen libur akhir tahun baru sebagian membawa dampak positif bagi industri pariwisata di tanah air. Bagi sektor perhotelan, okupansi di luar dugaan tetap meningkat di beberapa wilayah. Namun, tidak semua wilayah merasakan peningkatan yang sama, ada yang tumbuh baik tapi ada juga yang masih berdarah-darah dengan okupansi rendah.
"End year lalu kalau bicara penuh nggak juga, tapi terjadi kenaikannya nggak merata bergantung wilayah dan daerah, variatif karena kita perhatikan jumlah pergerakan nggak sebanyak yang dibayangkan," kata Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada CNBC Indonesia, Senin (4/1/2021).
Mulanya, pelaku bisnis perhotelan sangat berharap adanya peningkatan omzet pada momen akhir tahun lalu. Sayangnya, pembatalan libur panjang dan berubahnya regulasi pemerintah secara mendadak soal pengetatan bepergian membuat sebagian masyarakat melakukan pembatalan booking hotel. Namun, sebagian lain tetap jalan meski harus mengeluarkan biaya lebih, menyesuaikan dengan regulasi anyar seperti tes wajib PCR dan antigen.
"Ada yang dapat bisa bergerak 80% ada, ada juga yang cuma 50%, 60% mungkin ada juga yang full, semua variatif. Karena selain pembatasan, di setiap daerah ada regulasi misalnya menutup objek. Kalau terjadi kenaikan (okupansi), di Sabtu lalu kenaikannya tertinggi," sebut Maulana.
Variatifnya tingkat okupansi hotel sesuai dengan destinasi masyarakat dalam bepergian. Ia mengungkapkan pulau Jawa masih tetap menjadi prioritas, penyebabnya karena sebagian masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk berlibur. Alhasil, destinasi yang menjadi pilihan tidak terlampau jauh.
"Di luar Jawa ada, mayoritas tetap di Pulau Jawa, karena jalur transportasi darat lebih mudah, lebih banyak diminati. Antar provinsi di satu pulau, kenaikan okupansi secara regular 30%," jelasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Hotel Gigit Jari, Tahun Baru Kamar-Kamar Kosong 80%