Harga Kedelai Selangit Bikin Produsen Tahu-Tempe Menjerit

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 January 2021 13:10
Kedelai Impor
Foto: Pengerajin memilih kedelai untuk diolah menjadi tempe di kawasan Sunter, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Selain masalah ketergantungan pada impor, Indonesia juga memiliki problem lain yaitu disparitas harga kedelai antara produsen dan konsumen. Menurut Bappenas, rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen pada periode 1983-2015 berturut-turut adalah 10,59% dan 13,61% per tahun.

Jika dilihat dari disparitas atau margin harga yang terjadi antara harga produsen dan konsumen, terlihat periode setelah krisis ekonomi global selalu memberikan dampak terjadinya lonjakan margin harga kedelai.

Krisis ekonomi pertama tahun 1997-1998 terjadi peningkatan sebesar 498,05% dan krisis yang kedua tahun 2008 lebih tinggi yaitu sebesar 508,54%. Margin harga tertinggi terjadi pada 2015 sebesar Rp 4.437 per kilogram.

Kala itu, harga kedelai tingkat produsen sebesar Rp 8.327 per kg, sedangkan harga tingkat konsumen mencapai Rp 12.764 per kilogram. Disparitas yang tinggi antara produsen dengan konsumen perlu menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. 

Untuk mencapai ke tangan konsumen akhir, kedelai harus diangkut dari produsen ke distributor terlebih dahulu, atau bahkan ke pedagang. Semakin banyak cabang distribusinya, maka margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) juga akan semakin tinggi.

Inilah yang menyebabkan adanya gap besar harga antara produsen dan konsumen. Pola distribusi yang terlalu bercabang dan tidak efisien menunjukkan bahwa tata kelola niaga masih belum optimal. Hal ini jelas menjadi salah satu pekerjaan besar bagi Kementerian Perdagangan. 

Tidak hanya kedelai saja yang harganya melesat tinggi. Banyak komoditas-komoditas lain yang sering mengalami kenaikan yang tinggi. Contohnya adalah cabai merah dan bawang merah. Keduanya memiliki MPP yang sangat tinggi bahkan lebih dari 25%. 

Untuk mengatasi permasalahan kronis berupa lonjakan harga komoditas yang merugikan konsumen, pendekatannya tidak hanya melalui tata kelola rantai pasoknya saja tetapi juga harus dibarengi dengan peningkatan produksi dan produktivitas di sektor hulu yang menjadi ranah Kementerian Pertanian. 

Perlu ada koordinasi dan sinergi yang lebih kuat di antara kedua lembaga tersebut untuk mewujudkan stabilitas harga pangan. Tidak hanya stabilitas harga saja yang diprioritaskan tetapi juga aspek security dan kemandirian pangan perlu terus diupayakan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular