Pandemi Covid-19

Tutup Pintu WNA Masuk, Indonesia Lakukan 'Mini Lockdown'

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 December 2020 12:51
Sejumlah penumpang mengantre untuk melakukan pemeriksaan kesehatan Rapid Antigen dan Swab PCR di Terminal 3, Soekarno Hatta, Jumat (18/12/2020).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah penumpang mengantre untuk melakukan pemeriksaan kesehatan Rapid Antigen dan Swab PCR di Terminal 3, Soekarno Hatta, Jumat (18/12/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Tes yang diakui untuk perhitungan kasus Covid-19 di Indonesia menggunakan dua metode yaitu swab PCR dan tes cepat molekuler (TCM) untuk wilayah-wilayah tertentu.

Setiap harinya target jumlah orang yang dites mencapai 30 ribu orang, sehingga dalam seminggu harus ada 270 ribu orang yang dites menggunakan dua metode tersebut.

Namun seringkali tes yang dilakukan tidak sampai memenuhi target. Fluktuasi dan inkonsistensi sampel yang dikoleksi membuat kualitas data Covid-19 menjadi diragukan. Padahal data memiliki peranan penting untuk pengambilan kebijakan pengendalian wabah.

Ini menjadi perhatian serius para dokter, ahli kesehatan masyarakat dan epidemiolog Tanah Air.

Minimnya tes yang dilakukan dan kendornya contact tracing yang dibarengi dengan pelanggaran protokol kesehatan 3M oleh masyarakat membuat kasus harian Covid-19 riil bisa lebih besar dari yang dilaporkan saat ini.

Dengan data yang masih diragukan validitasnya saja jumlah pertambahan kasus baru melebihi jumlah pasien yang sembuh.

Apabila tren ini dibiarkan terjadi terus menerus dan kebanyakan orang yang positif memiliki gejala sehingga membutuhkan perawatan maka rumah sakit akan dipenuhi oleh pasien Covid-19.

Ini jelas membahayakan karena saat ini saja rumah sakit sudah kewalahan dalam menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah. Sementara itu tenaga medis dan ketersediaan kasur rumah sakit di Indonesia bisa dibilang tidak mencukupi. 

Apabila mengacu pada laporan OECD yang bertajuk Healthcare at a Glance 2019, untuk 260 juta lebih penduduk, Indonesia hanya memiliki 1 kasur per 1.000 orang atau 100 kasur per 100.000 populasi.

Ini dilaporkan pada 2017 dan angkanya tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Sen-Crowe dkk (2020) di bawah 200 kasur per 100.000 populasi. Sementara itu untuk tenaga medis Indonesia hanya memiliki 30 dokter per 100.000 penduduk dan 120 perawat untuk ukuran populasi yang sama.

Sen-Crowe, et al (2020). A Closer Look Into Global Hospital Beds Capacity and Resource Shortages During the COVID-19 Pandemic. Journal of Surgical ResearchSumber : Sen-Crowe, et al (2020). A Closer Look Into Global Hospital Beds Capacity and Resource Shortages During the COVID-19 Pandemic. Journal of Surgical Research

Melihat fenomena ini Dicky Budiman mengatakan bahwa Jawa harus bersiap untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total. Apabila kebijakan ini ditempuh juga oleh pemerintah berbarengan dengan larangan masuk terhadap seluruh WNA pada 1-14 Januari 2021, kondisi di RI sudah seperti mini atau bahkan semi lockdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular