Siswa Berkualitas, Dirjen: Vokasi Tak Sekedar Pencetak Ijazah

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
22 December 2020 19:30
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI Wikan Sakarinto  (Tangkapan Layar)
Foto: Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI Wikan Sakarinto (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi seperti 'mak comblang' dunia pendidikan dengan dunia industri, dengan penyelarasan kurikulum dan peningkatan kompetensi. Saat ini ada 2.220 kampus vokasi, 14 ribu SMK, dan 17 ribu lembaga pelatihan yang ada untuk membangun integrasi bonus demografi dengan kebutuhan dunia kerja.

Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengatakan salah satu daerah yang dapat menjadi contoh dalam pengembangan vokasi yakni di Jawa Timur, yang ke depannya diharapkan bisa menjadi lumbung SDM berkualitas. Selain itu menurutnya, peran perempuan dalam dunia vokasi juga menjadi penting, terutama dalam sektor tertentu.

"Dunia vokasi yang harus menghasilkan real produk dan menghasilkan hal yang nyata. Karakter wanita Indonesia ini sangat baik sekali dan relevan sehingga bonus demografi bisa holistik yang terdiri dari kekuatan pria dan wanita. Dengan begitu Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yang benar-benar menjadi bonus," kata Wikan dalam Webinar Perempuan Hebat untuk Vokasi Kuat, Selasa (22/12/2020)

Dia menegaskan sekolah vokasi bukanlah sekedar 'pencetak ijazah' yang skill lulusannya masih dipertanyakan, melainkan menghasilkan tenaga kerja yang dapat langsung terserap industri baik dari sisi soft skill maupun hard skillnya. Kurikulum yang dirancang pun bukan hanya sekedar berisi pengetahuan, melainkan pendidikan yang dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

"Vokasi adalah pendidikan yang menuntun anak-anak menjadi pembelajaran mandiri dan menciptakan ilmunya. Filosofinya adalah menuntun anak-anak untuk mengisi apa yang dia senangi, yang penting untuk menjadi yang terbaik, jadi kurikulum kita bukan single measurement," katanya.

Dia pun mengapresiasi perusahaan-perusahan yang telah terlibat dalam pembinaan dan kerjasama dengan lembaga vokasi untuk tempat magang dan risett terapan untuk membina pengembangan kurikulum vokasi.

"Vokasi adalah untuk menciptakan pendidikan yang kompeten dan sesuai setiap anak yang masuk harus dengan gairah dan pasion baik itu perempuan dan laki-laki. Yang penting kompetensi, hard skill dan soft skill yang kuat jadi Ditjen vokasi bukan hanya mencetak ijazah tapi harus dengan kompetensi yang kuat," kata Wikan.

Wikan juga menegaskan penerimaan siswa baru di SMK maupun kampus manapun di Indonesia tidak ada peraturan mengenai proporsi gender, sehingga murni prestasi dan kompetensi. Saat ini vokasi pun tengah dikembangkan di wilayah Indonesia timur untuk pemerataan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia, terutama di wilayah perbatasan dan kawasan-kawasan industri baru.

"Kami sedang membangun unit sekolah baru di Indonesia Timur, jadi anggaran kami untuk mengembangkan SMK dan Politeknik di Indonesia timur dan tengah khususnya tematiknya kawasan perbatasan atau KEK atau pariwisata. Wanita dan pria diberikan kesetaraan, jangan satu anak emas satunya engga," kata Wikan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Mitras DUDI Kemendikbud Ahmad Saufi mengatakan pemerintah selalu mengupayakan pemerataan pendidikan tanpa mengenal gender, sehingga vokasi sangat terbuka bukan hanya untuk laki-laki melainkan perempuan. Selain itu sarana dan prasarana pendidikan vokasi menunjang keterlibatan perempuan untuk aktif cari ilmu, termasuk di bidang mesin perkakas, dan bidang ekonomi kreatif.

"Undang-undang kita juga tidak membedakan hak laki-laki dan perempuan mendapatkan pendidikan. Semua secara sistem tidak ada perbedaan kesempatan mendapatkan pendidikan begitu juga dalam vokasi," kata Saufi.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular