
Para Ahli: Jangan Ganti Masker Kain dengan Syal

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pejabat kesehatan di Amerika Serikat memperingatkan bahwa mengganti masker wajah dan memilih menggantinya dengan syal musim dingin tidak akan menghentikan penyebaran virus corona.
Pakar medis terkemuka mengatakan kepada Fox News bahwa kenyamanan adalah salah satu faktor terpenting saat mempertimbangkan masker wajah virus corona.
Faktanya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) secara khusus merekomendasikan masker kain multi-lapis tanpa katup dapat mencegah penularan SARS-CoV-2.
"Syal musim dingin bukanlah pengganti masker," tulis Christopher Sulmonte, administrator proyek dengan Unit Bio-Containment Pengobatan Johns Hopkins, seperti dikutip New York Post.
"Lebih dari 80% penyumbatan telah dicapai dalam eksperimen manusia yang telah mengukur pemblokiran semua tetesan pernapasan, dengan masker kain dalam beberapa penelitian yang dilakukan setara dengan masker bedah sebagai penghalang untuk kontrol sumber," tulis halaman web CDC.
Sulmonte menyebutkan tiga hal yang harus dimiliki dalam memilih penutup wajah yang efektif yakni kesesuaian, frekuensi, dan fungsi. Fit mengacu pada cakupan masker pada wajah seseorang, sedangkan frekuensi adalah durasi pemakaian, dan fungsi mengacu pada bahan masker.
"Syal musim dingin biasanya bisa satu lapis atau terbuat dari bahan yang lebih tipis dibandingkan dengan masker wajah katun dua lapis. Bahkan jika dibungkus, mungkin saja tidak semua permukaan yang dapat bernapas akan memiliki banyak lapisan atau menutupi hidung hingga dagu tanpa celah," papar Sulmonte.
Sementara, menurut beberapa ahli, termasuk Dr. Joseph Khabbaza, spesialis perawatan kritis di Klinik Cleveland, syal musim dingin mungkin setara dengan pelindung leher dalam hal ketidakefektifannya.
"#Masker tipis yang merupakan satu lapis, seperti pelindung leher, mungkin secara paradoks mengarah pada produksi tetesan yang lebih kecil karena tetesan besar pecah saat melewati satu lapisan," ungkap dia.
Demikian pula, Dr. Dean Winslow, seorang dokter penyakit menular di Stanford Health Care, merekomendasikan masker wajah bedah atau masker kain berlapis-lapis.
"Keduanya harus pas dan menutupi hidung dan mulut. Masker N95 adalah yang paling efisien dalam mengurangi pembentukan partikel tetapi saya dapat memberitahu Anda dari banyak memakainya di rumah sakit dan di klinik COVID-19, bahwa masker sangat tidak nyaman ketika Anda harus mengenakannya selama lebih dari beberapa menit setiap kali," kata Winslow.
Terakhir, Dr. Aditya Shah dari divisi penyakit menular di Mayo Clinic juga menekankan pentingnya masker dengan ukuran yang pas.
Shah mencatat bahwa syal musim dingin yang melilit wajah masih menyisakan celah, oleh karena itu ada potensi tetesan pernapasan keluar dari hidung dan mulut dan menyebar keluar ke lingkungan sekitarnya.
"Ini kemudian berarti orang-orang di sekitar pemakainya rentan terhadap paparan. Karenanya masker wajah direkomendasikan, yang benar-benar menutupi dan pas di sekitar mulut dan hidung," ungkap Shah.
Sebelumnya Satgas Penangan Covid-19 berkali-kali mengingatkan bahwa pandemi virus corona bisa selesai apabila protokol kesehatan dilakukan secara ketat, mulai dari #pakaimasker, #jagajarak hindari kerumunan, dan #cucitangan pakai sabun serta air mengalir.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Menggila Lagi? Amerika Kembali Pakai Masker