
Vaksin Pfizer 'Makan Korban', Ini yang Sebenarnya Terjadi

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin Pfizer dilanda kabar kurang sedap. Vaksin ini memunculkan kasus alergi ke sejumlah penerimanya, dalam gelombang pertama vaksinasi yang terjadi di Inggris.
Bahkan ada laporan bahwa vaksinasi bisa menyebabkan kondisi kelumpuhan wajah sementara yang biasa disebut Bell's Palsy. Hal ini menimbulkan tanda tanya di sejumlah kalangan.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Pada Rabu (9/12/2020), pejabat kesehatan Inggris mengeluarkan peringatan untuk seluruh orang yang akan divaksin Pfizer. Orang dengan riwayat reaksi alergi berlebihan tidak akan mendapatkan vaksin tersebut.
Peringatan ini dilakukan setelah adanya laporan mengenai dua orang anggota Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service /NHS) negara tersebut menderita reaksi alergi hingga membutuhkan perawatan. Dua orang ini termasuk dalam kelompok pertama yang mendapatkan vaksin di Inggris.
Direktur medis NHS Inggris Stephen Powis mengatakan kedua orang tersebut, yang memiliki riwayat alergi. Namun saat ini keduanya sudah mulai membaik kondisinya.
Dia juga menyebutkan bahwa lembaga independen Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) telah menyarankan bahwa orang dengan reaksi alergi yang signifikan tidak mendapatkan vaksin ini sebagai pencegahan, setelah ada kasus ini.
Reaksi alergi signifikan ini termasuk terhadap terhadap obat-obatan, makanan atau vaksin.
Pfizer mengatakan telah mendapatkan laporan dari MHRA tentang reaksi alergi. Namun demikian mereka mengatakan selama uji coba fase 3 terhadap lebih dari 40.000 orang, dalam laporan uji klinisnya disebutkan vaksin ini secara umum dapat ditoleransi dengan baik tanpa masalah keamanan yang serius.
Seperti diketahui, Inggris menjadi negara di barat yang pertama kali mendapatkan suntikan vaksin Covid setelah vaksin ini mendapatkan persetujuan penggunaan darurat. Ini juga tercatat menjadi vaksinasi terbesar yang dilakukan di negara tersebut sejak 1948.
Teknisnya, vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan jeda 21 hari. Prioritas utama pemberian vaksin ini adalah kepada tenaga kesehatan dan pekerja sosial serta golongan lanjut usia di atas 80 tahun.
Inggris telah menerima sebanyak 800 ribu dosis dari total pesanan 40 juta dosis untuk vaksin yang ditemukan oleh Pfizer dan BioNTech ini.
Kepala eksekutif Pfizer Albert Bourla menyatakan bahwa dirinya memahami kekhawatiran global tentang kecepatan perusahaan farmasi dalam memproduksi vaksin untuk melawan Covid-19. Tapi dia menegaskan tidak ada jalan pintas yang dipotong.
"Vaksin itu telah diuji dengan cara yang persis sama seperti kami menguji vaksin apa pun yang beredar di luar sana," katanya dalam pengarahan media virtual di Jenewa.
Halaman 2>>
