Aduh Ngilu Euy! Lihat Wall Street 'Kebakaran' Pagi Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 December 2020 06:20
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham di bursa New York berguguran pagi hari tadi. Tiga indeks acuan utama semuanya karam di zona merah. Padahal pada sesi perdagangan sebelumnya sempat cetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. 

Kemarin lusa tepatnya pada Selasa (8/12/2020) indeks saham Wall Street ditutup hijau. Dow Jones Industrial naik 0,35%. S&P 500 bertambah 0,28% dan Nasdaq Composite memimpin dengan apresiasi 0,5%. S&P 500 & Nasdaq Composite bahkan mencetak rekor tertinggi barunya. 

Ada dua kabar positif soal vaksin Covid-19 dari AS, pertama adalah Johnson & Johnson akan segera memperoleh hasil uji coba tahap akhir vaksin anti-virus corona yang sedang mereka kembangkan.

Kedua adalah rilis dokumen otoritas makanan dan obat AS (FDA). Dalam dokumen itu, FDA menilai tidak ada masalah terkait vaksin Pfizer dan mitranya dari Jerman yaitu BioNTech. Pada November lalu vaksin yang mereka kembangkan diklaim memiliki tingkat efektivitas mencapai 95%.

Dengan begitu besar harapan AS akan menyusul Inggris untuk segera menetapkan penggunaan darurat vaksin Pfizer-BioNTech tersebut. Di negeri Ratu Elizabeth, program vaksinasi darurat Covid-19 sudah dimulai sejak Selasa (8/12/2020).

Namun Wall Street harus berujung dengan 'kebakaran' pagi ini. Tiga indeks acuan ambles. S&P 500 drop 0,8%. Indeks Dow Jones yang terdiri dari 30 saham pilihan turun 0,35% dan Nasdaq Composite yang berisi saham-saham teknologi AS anjlok paling parah dengan koreksi 1,9%. Saham-saham teknologi AS memang dilego oleh investor pagi tadi.

Ketidakpastian seputar stimulus fiskal jilid II di AS membuat Wall Street tertimpa aksi jual. Di tengah pertambahan kasus infeksi baru Covid-19 di AS yang mengkhawatirkan, belum ada deal soal stimulus.

Total kumulatif kasus Covid-19 di AS sudah tembus angka 15 juta orang dan 287 ribu warga Paman Sam telah terenggut jiwanya oleh patogen ganas yang masih satu keluarga dengan penyebab wabah SARS 17 tahun silam.

Dalam sepekan terakhir, pertambahan kasus baru beberapa kali menyentuh angka 200 ribu. Tren pertambahan kasus baru di AS juga masih terus meningkat. Negeri Adikuasa kini sedang kewalahan menghadapi gelombang kedua wabah yang juga bertepatan dengan musim dingin.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sedang mendiskusikan proposal bantuan fiskal senilai US$ 916 miliar dengan ketua DPR AS Nancy Pelosi. Namun Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnel mengatakan bahwa pihak Republik dan Demokrat masih mencari jalan keluar atas kebuntuan yang terjadi.

"Proses negosiasi stimulus fiskal AS telah menjadi agak sengit, kongres memiliki 1,5 minggu lagi untuk berkompromi [karena batas waktu anggaran akan diajukan hingga 18 Desember]," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge kepada CNBC International.

Stimulus merupakan hal yang vital untuk terus mengupayakan agar perekonomian paling besar di muka bumi ini tidak terus menyusut. Apalagi di tengah lonjakan besar Covid-19 yang saat ini bisa dibilang sedang 'mengamuk' di AS.

Prospek vaksinasi Covid-19 terutama untuk penggunaan darurat memang semakin di depan mata. Hanya saja berapa orang yang divaksinasi dan seberapa besar dampaknya masih harus dicermati betul.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Pfizer Sukses Bikin Vaksin, Terkuak Investor Penyokongnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular