
BBM 1 Harga Tingkatkan Potensi Pariwisata Kawasan 3T

Jakarta, CNBC Indonesia- BBM satu harga yang beberapa tahun terakhir gencar digalakan pemerintah dapat membawa dampak positif pada industri pariwisata terutama di wilayah 3T (terdepan, terpencil, terluar). Hal ini juga dirasakan di daerah Papua, yang memiliki berbagai potensi pariwisata namun terkendala langka dan mahalnya BBM.
"BBM satu harga memang penting karena takutnya memang ada kecemburuan. Yang paling terasa kita ini di negara kepulauan dan potensi pariwisata akan sangat tinggi dengan daya tarik. Jadi kita harus berpikir bagaimana pariwisata bisa stabil dan menggerakan roda perekonomian, dengan begitu pariwisata dapat menjadi kekuatan masyarakat setempat," kata Aktris Nadine Chandrawinata dalam Talkshow bertema "Capaian Hilir Migas 2020" Selasa (8/12/2020).
Dia bercerita sebelum ada BBM satu harga, ketika wisatawan asing datang ke Raja Ampat atau daerah lain di Papua banyak titik-titik yang tidak bisa dicapai karena minimnya bahan bakar. Kalaupun ada yang menyediakan BBM harganya bisa sampai 5 kali lipat lebih mahal, sehingga ongkos perjalanan wisata pun menjadi mahal. Akibatnya, masyarakat pun kesulitan menonjolkann potensi pariwisata daerahnya.
"Dampak yang paling terasa, kalau mau ke beberapa titik disana (Papua) sekarang lebih hemat ongkos. Jadi masyarakat setempat dapurnya bisa lebih ngebul ibaratnya, dan tercapai keseimbangan," kata dia.
Nadine mengatakan potensi pariwisata yang selama ini tidak bisa maksimal di kembangkan bukan hanya di Papua, ada pula di Malinau, Kalimantan Utara, yang mengalami kendala yang sama.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa, mengungkapkan sejumlah kendala dalam implementasi BBM Satu harga yang ditargetkan mencapai 500 titik pada 2024 mendatang.
"Sampai 2020 ada BBM Satu Harga sebanyaj 253 lokasi. Tahun ini target 83 lokasi dan tahun depan 67 lokasi. Makin lama makin sulit, ini yang kami identifikasi persoalannya," ujar Ifan panggilan dari Fanshurullah Asa.
Dia merinci bahwa kendala yang muncul adalah sulitnya mencari investor yang mau membangun SPBU BBM Satu Harga. Hal ini disebabkan karena jumlah BBM yang dijual cenderung sedikit sementara nilai investasinya sangat besar karena di wilayah 3T.
"Salah satu masalah bagi kami dan bagi Pertamina adalah mencari investor," jelas Ifan.
Selain itu, Ifan mengaku mendapat hambatan dari sejumlah Pemerintah Daerah. Mulai dari perizinan, lokasi dan lain-lain. "Meski sudah ketemu Kepala Dinas tapi ternyata gak klop sama bupati atau dan lain-lain. Hal ini jadinya tambah menghambat," ujarnya.
Bila bertemu dengan hambatan dari Pemda, BPH Migas tak ragu-ragu untuk memindahkan lokasi dari SPBU BBM Satu harga atau dipindahkan ke tahun berikutnya.
"Pemda yang tadi tidak mendukung, maka dari rencana dibangun pada 2020 kita harus pindahkan ke 2021 atau 2022," jelas Ifan
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kepala BPH Migas Ungkap Kendala Program BBM 1 Harga
