Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah masuk kuartal terakhir tahun ini, angka pertambahan kasus infeksi Covid-19 belum juga melandai. Akibatnya sektor pariwisata di Tanah Air benar-benar terpuruk akibat sepinya para pelancong.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia di bulan Oktober naik 4,57% (month on month/mom) menjadi 158,2 ribu pengunjung. Namun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu jumlahnya masih terkonstraksi sebesar 88,25% (year on year/yoy).
Sejak Januari-Oktober total pelancong asing yang berkunjung ke RI mencapai 3,72 juta. Jumlah kunjungan drop 72,35% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 13,45 juta pelancong.
Apabila tren kunjungan para turis asing ke RI setiap bulannya bertahan di 160 ribu orang sampai akhir tahun maka total kunjungan wisatawan mancanegara untuk tahun ini mentok di angka 4 juta.
Dengan begitu maka kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar 75% (yoy) dibanding tahun 2019. Sumbangsih devisa pun ikut melorot dengan persentase yang sama dari US$ 19,7 miliar di tahun 2020 menjadi hanya US$ 4,9 miliar di tahun ini.
Saat pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia para pelancong asing yang mendominasi kunjungan ke RI mayoritas berasal dari negara-negara yang memang berbatasan langsung dengan RI seperti Malaysia dan Timor Leste, sehingga jalur darat merupakan jalur yang paling banyak ditempuh oleh para pelancong.
Anjloknya kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik membuat sektor pariwisata RI menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampak dari pandemi Covid-19.
Kontraksi di sektor ini tentu akan berbuntut pada sektor usaha lainnya yang terkait seperti transportasi, hotel hingga restoran.
Untuk seluruh tipe angkutan di sektor transportasi yang memuat orang masih mengalami penurunan sejak bulan April. Total penerbangan domestik per Oktober tercatat mencapai 2,2 juta orang (-66,21% yoy), sementara untuk penerbangan internasional sebanyak 40 ribu orang (-97,76% yoy).
Nasib serupa juga dialami oleh angkutan kereta penumpang yang hanya berhasil membawa 11,94 juta orang per Oktober 2020 atau mengalami kontraksi sebesar 67.25% (yoy).
Untuk jenis kapal laut berhasil mengangkut 1,1 juta orang di bulan yang sama. Jumlah orang yang diangkut melalui jenis transportasi ini masih drop 46,26% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Apabila ditotal secara kumulatif maka sektor penerbangan domestik masih turun 59,15% (yoy), penerbangan internasional drop sangat signifikan dengan kontraksi sebesar 77,11% (yoy), angkutan kereta penumpang menyusut 55,2% (yoy) dan kapal penumpang anjlok 40,28% (yoy).
Bisnis perhotelan juga menderita kerugian yang sangat besar. Untuk tetap bertahan strategi pemangkasan karyawan dan biaya di sana-sini terus dilakukan. Tak sedikit juga yang gulung tikar secara permanen.
Sepanjang wabah Covid-19 merebak di Tanah Air, banyak hotel yang sepi dan memilih untuk tutup dan tidak beroperasi. Menurut Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia, sudah ada 1.226 hotel yang ditutup.
Hotel di DKI Jakarta dan Bali jelas sangat terdampak. Sebagai pusat perekonomian nasional sekaligus sebagai episentrum penyebaran Covid-19 di Tanah Air hotel-hotel tingkat penghunian hotel-hotel di Jakarta drop signifikan.
Sejak kasus infeksi Covid-19 dilaporkan pertama kali di RI pada awal Maret lalu tingkat penghunian kamar (TPK) hotel drop signifikan. TPK semakin anjlok di bulan April ketika PSBB di berbagai provinsi diterapkan.
Namun seiring dengan pelonggaran PSBB di DKI Jakarta dan banyak wilayah lain dierapkan pada bulan Juni, tingkat penghunian hotel mulai merangkak naik. Baru turun bulan September lalu saat jumlah kunjungan wisman juga menurun.
TPK hotel sepanjang tahun ini masih jauh di bawah tahun 2018 dan tahun 2019. Sejak Januari-September 2020, TPK hotel di Indonesia tidak pernah tembus angka 50% yang berarti lebih dari setengah dari kamar hotel yang tersedia kosong.
Pada bulan Oktober lalu TPK perhotelan naik dari 32,12% menjadi 37,48%. Meskipun mengalami kenaikan tetap saja occupancy rate-nya masih berada di bawah 40%.
Selain hotel yang cenderung kosong, restoran juga masih sepi pengunjung selama Covid-19 merebak.
Survei terbaru yang dilakukan oleh Mandiri Institute menjadi bukti nyata bahwa restoran menjadi sektor yang sangat sengsara akibat pembatasan mobilitas publik ini. Bahkan ketika pelonggaran dilakukan pun restoran tetap saja babak belur.
Ada peningkatan tingkat kunjungan memang ketika PSBB yang tadinya ketat kemudian diperlonggar. Hanya saja kenaikannya tak serta merta membuat kunjungan konsumen kembali seperti semula.
Pada periode 9-13 September lalu, tingkat kunjungan ke restoran di delapan kota besar Tanah Air masih berkisar di antara 40% (Bogor) dan 68% (Makassar). Kunjungan ke restoran di Kota Bogor justru drop ketika di tempat lain meningkat dibanding pada 6-11 Agustus.
Pelaku usaha restoran membuka data yang cukup membuat miris. Selama 7 bulan pandemi Covid-19, sudah ada ribuan restoran yang gulung tikar di DKI Jakarta. Bahkan, berdasarkan data PHRI, lebih banyak restoran yang menutup secara permanen dibandingkan sementara.
"Restoran yang disurvei 4.469 restoran dari total 9.054 restoran yang tutup permanen 1033, jadi hampir 10%. Tutup sementara 429 artinya yang masih bisa buka lagi dan ini DKI Jakarta saja. Data ini per September 2020. Sekarang lebih banyak lagi kali," tambah Emil.
Angka tersebut sudah mencakup restoran yang berada di mal. Emil memperkirakan ada sekitar 4.000 lebih restoran di pusat perbelanjaan. Sebagian besar disebutnya juga sudah menutup operasi.
Seiring berjalannya waktu, pengusaha restoran pun dikabarkan banyak yang memilih tutup total, dari yang sebelumnya hanya tutup sementara. Maklum karena sudah kepalang tanggung, cashflow mereka hancur berantakan dan kalaupun buka pendapatannya tidak pasti sementara ongkos sewa tempat, listrik hingga karyawan sudah pasti dikeluarkan.
"Yang masih bertahan sekalipun berpikir untuk tutup. Karena daripada buka tapi hanya boleh take away, mending tutup sekalian. Dan yang tutup permanen saya perkirakan mungkin di November-Desember tutup itu sekitar 30-40%, dan itu di mal saja," kata Emil.
TIM RISET CNBC INDONESIA