
Trump Lempar 'Bom' China, Sanksi CNOOC di Laut China Selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) melayangkan sanksi kepada perusahaan minyak terbesar ketiga milik China, yakni China National Offshore Oil Corp (CNOOC) atas pengeboran di wilayah Laut China Selatan (LCS).
Selain CNOOC, daftar hitam AS juga diberikan kepada antara empat perusahaan yang dimiliki atau dikendalikan oleh militer China, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Meski begitu, CNOOC belum menerima pemberitahuan atau keputusan resmi dari badan pemerintah AS, kata unit perusahaan yang terdaftar di bursa di Hong Kong.
"Perusahaan terus memantau perkembangan situasi," katanya dikutip Selasa (1/12/2020).
CNOOC adalah yang terkecil dari tiga besar perusahaan minyak milik negara setelah China National Petroleum Corp. (CNPC) dan China Petrochemical Corp. (Sinopec).
Operasi CNOOC di LCS menimbulkan kontroversi karena China mengklaim hak pengeboran di perairan yang jauh dari perbatasannya, dan dalam 200 mil dari negara lain, seperti Vietnam dan Filipina.
"Dugaan saya adalah CNOOC yang menjadi sasaran, dan bukan CNPC atau Sinopec, karena pengeborannya di wilayah Laut China Selatan, yang dianggap sebagai tindakan militer oleh AS," kata Lin Boqiang, dekan dekan Institut Riset Kebijakan Energi China di Universitas Xiamen di China selatan, dikutip dari Bloomberg.
Investor AS memegang 16,5% saham di unit CNOOC yang terdaftar di Hong Kong pada hari Jumat (27/11/2020), menciptakan potensi arus keluar besar jika mereka dipaksa untuk melakukan divestasi, menurut Henik Fung, analis di Bloomberg Intelligence.
Presiden Donald Trump menandatangani perintah yang melarang investasi Amerika di perusahaan China yang dimiliki atau dikendalikan oleh militer. Sehingga unit Cnooc Ltd turun 14% pada Senin (30/11/2020).
Di sisi lain, CNOOC juga memiliki ladang minyak dan gas AS, bermitra dengan perusahaan seperti Exxon Mobil Corp. dalam proyek internasional, dan menggunakan teknologi dan peralatan Amerika.
Sengyick Tee, analis di SIA Energy di Beijing mengatakan setiap gangguan di sepanjang jalur itu akan memiliki "dampak besar" pada perusahaan.
CNOOC telah menjadi pusat sengketa teritorial di LCS sejak 2012, ketika mengundang para pengebor asing untuk menjelajahi blok-blok lepas Vietnam yang telah diberikan oleh para pemimpin Hanoi kepada beberapa perusahaan termasuk Exxon Mobil dan OAO Gazprom.
Pada tahun 2014, negara-negara tersebut saling menuduh bahwa kapal satu sama lain tertabrak, termasuk di sekitar anjungan minyak CNOOC di dekat Kepulauan Paracel.
Filipina melanjutkan eksplorasi minyak di LCS untuk pertama kalinya sejak 2015 pada Oktober, ketika negara tersebut mengajukan kasus ke Pengadilan Arbitrase Permanen atas perairan yang disengketakan tersebut.
Dimulainya kembali terjadi setelah Manila dan Beijing mencapai kesepakatan kerangka kerja untuk eksplorasi bersama. Perusahaan Filipina PXP Energy Corp. mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan CNOOC untuk kemitraan.
(sef/sef) Next Article Duh, Donald Trump Diancam Diculik & Dibunuh
