
Awas Panas, NATO Bakal 'Turun Gunung' Hadapi China

Jakarta, CNBC Indonesia - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (The North Atlantic Treaty Organization/NATO) sepertinya akan 'turun gunung', memantau China secara intensif meskipun Rusia akan tetap menjadi 'musuh' utama. Ini terkait kebangkitan militer China.
Melansir Reuters Selasa (1/12/2020), hal ini disampaikan dalam laporan 'NATO 2030'. Laporan itu berisi 138 proposal rekomendasi reformasi aliansi Atlantik Utara tersebut.
"China bukan lagi mitra dagang yang ramah seperti yang diharapkan Barat," kata seorang diplomat NATO yang melihat laporan itu, menunjuk pada aktivitas China di Kutub Utara dan Afrika dan investasi besar di infrastruktur Eropa.
"Ini adalah kekuatan yang meningkat di abad kita dan NATO harus beradaptasi."
Diplomat tersebut juga mengatakan NATO harus mempertahankan keunggulan teknologi atas China. Di antaranya dengan melindungi jaringan dan infrastruktur teknologi.
Senada dengan komentar diplomat tersebut, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kebangkitan China menimbulkan tantangan penting bagi keamanan aliansi.
"China berinvestasi secara besar-besaran dalam senjata baru. Ia semakin dekat dengan kita, dari Kutub Utara hingga Afrika. China tidak berbagi nilai-nilai kami... dan mencoba mengintimidasi negara lain," kata Stoltenberg seraya mendesak sekutu untuk bersatu dalam masalah ini.
Laporan tersebut juga mengatakan aliansi militer antar pemerintah antara 30 negara Eropa dan Amerika Utara ini juga dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara non-NATO seperti Australia. Lalu lebih fokus pada pencegahan di luar angkasa, tempat China mengembangkan aset.
Laporan tersebut akan dibahas oleh para menteri luar negeri NATO pada Selasa ini. Nantinya laporan akan dipresentasikan kepada kepala negara dan pemerintahan aliansi tahun depan.
(sef/sef) Next Article Kanada Desak NATO Turun Gunung di Laut China Selatan, Kenapa?