Ada Vaksin, Pertumbuhan Ekonomi Diramal Tertinggi Sejak 1976!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 November 2020 12:37
Ilustrasi Kandidat Vaksin Covid-19 (AP/Sakchai Lalit)
Foto: Gelombang kedua virus corona di Prancis menjadi mimpi buruk bagi tim medis. Lonjakan kasus baru Covid-19 di Prancis terus terjadi sejak September lalu. (AP/Daniel Cole)

Jakarta, CNBC Indonesia - Awalnya 2020 diperkirakan menjadi tahun kebangkitan. Setelah dua tahun ekonomi dunia lesu gara-gara perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China (dan negara-negara lain), 2020 adalah titik baliknya.

Bukan apa-apa, AS dan China menyepakati perjanjian damai dagang fase I pada pertengahan Januari. Satu masalah besar yang merongrong perekonomian dunia berhasil diatasi. Saatnya untuk maju dong?

Salah. Ternyata kemudian muncul masalah baru yang jauh lebih pelik.

Di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China muncul penyakit pneumonia akibat serangan virus corona jenis baru. Kebetulan saat itu warga Negeri Tirai Bambu sedang merayakan libur Tahun Baru Imlek, yang merupakan puncak mobilitas. Rakyat China berbondong-bondong mudik ke kampung halaman, pelesiran ke luar kota, sampai traveling ke luar negeri.

Warga Kota Wuhan pun tidak terkecuali. Mereka melakukan perjalanan ke luar kota dan luar negeri, membawa virus dan membuatnya menyebar.

Nasi sudah menjadi bubur. Kini penyakit akibat virus corona, sekarang diberi nama Coronavirus Disease-2019/Covid-19), menjadi pandemi global yang menyebar di lebih dari 200 negara dan teritori.

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona per 24 November mencapai 58.900.547 orang. Bertambah 463.730 orang (0,79%) dibandingkan posisi hari sebelumnya,

Dalam 14 hari terakhir (11-24 November), rata-rata pasien baru bertambah 580,179 orang setiap harinya. Lebih tinggi ketimbang 14 hari sebelumnya yaitu 521.384 orang per hari.

Untuk meredam penyebaran virus corona, hampir seluruh negara memberlakukan pendekatan serupa yaitu pembatasan sosial (social distancing). Sebisa mungkin hindari kontak dan interaksi antar-manusia, lakukan berbagai kegiatan #dirumah aja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Akibatnya, kegiatan produksi barang dan jasa terganggu. Permintaan pun merosot tajam. Pandemi virus corona telah memukul ekonomi dari dua sisi sekaligus dalam skala yang luar biasa. Perekonomian global jatuh ke 'jurang' resesi terdalam sejak Depresi Besar pada 1930-an.

Berbeda dengan Krisis Keuangan Asia 1997-1998 atau Krisis Keuangan Global 2008-2009, krisis akibat pandemi virus corona adalah fenomena kesehatan. Jadi kalau urusan kesehatan belum kelar, susah berharap krisis bisa selesai. Virus corona harus dienyahkan dulu, baru aktivitas masyarakat bisa normal lagi dan roda ekonomi bergerak.

Harapan dunia terletak di pundak vaksin anti-virus corona. Saat ini sejumlah vaksin telah memasuki uji coba tahap akhir dan siap untuk didistribusikan dalam waktu dekat.

Hasil uji coba itu menggembirakan. Berbagai vaksin mulai dari buatan AS, Inggris, Rusia, sampai China disebut punya tingkat keberhasilan di atas 90% dalam membendung serangan virus corona. Kalau vaksin sudah bisa disuntikkan ke 70% populasi bumi, maka akan tercipta kekebalan kolektif (herd immunity) dan kegiatan warga bisa normal kembali.

Seberapa besar dampak vaksin mendongrak ekonomi dunia? Riset terbaru Citi memperkirakan vaksin bisa mengangkat ekonomi dunia sebanyak 0,7 poin persentase pada 2021 dan 3 poin persentase pada 2022.

Jadi misalnya ekonomi dunia pada 2021 tumbuh 4,2% (seperti prediksi Bank Dunia), maka kehadiran vaksin bisa mendongrak menjadi 4,9%. Kalau terwujud, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1976!

Namun, Citi menilai akan ada perbedaan antara negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, ekonomi akan mulai lepas landas pada kuartal IV-2021 karena saat itu sebagian besar populasinya sudah disuntik vaksin sehingga tercipta herd immunity.

"Pada 2021, tidak bisa dipungkiri bahwa pasokan vaksin akan diprioritaskan bagi negara-negara maju karena mereka telah mengamakan 85% pasokan sebelum diproduksi (pre-order). Vaksinai tahap awal bisa dimulai pada Desember 2020 hingga kuartal I-2021. Pada akhir 2021, sebagian besar populasi sudah menerima vaksinasi," tulis riset Citi.

Sementara bagi negara berkembang, sepertinya herd immunity baru bisa terwujud paling cepat semester I-2022. Bagi negara berkembang dengan jumlah populasi banyak, pasokan vaksin bakal terbatas dan harus menunggu sampai ada produksi baru.

"Bahkan bisa saja penantian itu lebih lama yaitu hingga akhir 2022 atau mundur lagi. Apalagi bagi negara dengan kapasitas fiskal yang terbatas. Ditambah kebutuhan fasilitas pendingin (cold-chain) dan tantangan logistik bisa membuat vaksinasi di negara berkembang tertunda," lanjut riset Citi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular